Home Gaya Hidup Model Digital Agar Tetap Aktual

Model Digital Agar Tetap Aktual

Ribuan naskah tua berada di perpustakaan Rekso Pustoko milik Pura Mangkunegaran. Kini, beragam naskah tersebut akan terkoleksi dalam katalog digital. Beragam sejarah yang ada bisa semakin luas diakses masyarakat. Saat ini, digitalisasi sudah memasuki tahap akhir.

Naskah tertua yang dimiliki Rekso Pustoko adalah Serat Menak berasal dari Bali berbahasa Jawa, berhuruf Jawa, dan ditulis di atas lontar. Koleksi khas yang lain adalah karya luhur dari Mangkunegara IV yakni Serat Wedhotomo, Serat Tripomo, Serat Woroyagyo, dan Serat Laksita Raja.

Perpustakaan Rekso Pustoko didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 di masa pemerintahan KGPAA Mangkunegoro IV. Nama Rekso Pustoko berasal dari kata Rekso yang berarti penjagaan, pengamanan, dan pemeliharaan sedangkan Pustoko berarti tulisan, surat-surat, dan buku.

Untuk program digitalisasi ini, program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Solo diajak bekerjasama. Ketua Tim Penelitian Prodi Sejarah FIB UNS Solo, Susanto, mengatakan Rekso Pustoko memiliki koleksi lengkap literatur sejarah Jawa dan Surakarta di masa kolonial. Literatur itu bahkan mencakup bidang pemerintahan, ekonomi, hingga adat istiadat. ”Ini menjadi ladang penelitian yang luar biasa, sebab belum banyak yang diketahui,” ucap Susanto.

Beberapa arsip yang hingga kini belum banyak diketahui publik antara lain arsip bundel Mangkunegaran I dan II. Arsip-arsip ini minim diakses publik sehingga perlu didokumentasikan secara digital. Saat ini, pembuatan katalog digital mendekati tahap akhir, yakni proses penyuntingan dan penomoran katalog. Katalog ini diperkirakan terbit bulan depan ”Editing paling akhir kami targetkan bulan September. Kemudian ada proses perizinan, layout, dan proses lainnya. Kami perkirakan selesai Oktober,” katanya.

Perpustakaan Rekso Pustoko berencana menggratiskan akses katalog digital ini untuk masyarakat. Langkah ini akan berlanjut hingga ribuan naskah yang didigitalkan. Katalog digital sebagai dokumen digital perdana akan memuat judul dan deskripsi naskah-naskah itu. ”Selain digitalisasi, kami juga akan mengirimkan hardcopy-nya ke Perpustakaan Daerah Jawa Tengah dan Perpustakaan dan Arsip Nasional,” terangnya.

Pengelola Perpustakaan Rekso Pustoko, Darweni mengatakan pendokumetasian naskah kuno secara digital ini penting sebagai bentuk sosialisasi atas koleksi Pura Mangkunegaran. Saat ini katalog yang tersedia berupa buku sederhana, sehingga hanya bisa diakses secara terbatas. ”Tapi kalau sudah digital, siapa saja yang membutuhkan bisa mengaksesnya,” tandasnya.

Pertama kali didirikan, Rekso Pustoko berfungsi sebagai tempat arsip yang memiliki arti memelihara dan mengadministrasikan surat- surat. Sejak tahun 1877, Rekso Pustoko digunakan sebagai perpustakaan. Pada mulanya sebagian besar koleksi Rekso Pustoko terdiri atas buku beraksara Jawa, berupa naskah asli, turunan, maupun cetakan.

Pada masa Mangkunegara VII koleksi Rekso Pustoko semakin bertambah, baik berbahasa Jawa, maupun berbahasa asing terutama bahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Saat itu, Sang Raja menyadari pentingnya kebiasaan membaca bagi perkembangan seseorang agar berwawasan luas. Muh Slamet

 

135