Home Teknologi Deras Misinformasi, Algoritma Ini Cegah Hoaks di Medsos

Deras Misinformasi, Algoritma Ini Cegah Hoaks di Medsos

Kuala Lumpur, Gatra.com - Peneliti dari kampus Monash University Malaysia sedang mengembangkan platform untuk memoderasi konten dibagikan ke forum diskusi online. Platform media sosial dan forum diskusi online telah membagikan konten kepada pengguna tanpa meminta pertanggungjawaban atas keakuratan informasi yang diberikan.

Hasilnya, platform menjadi “lahan subur” bagi individu yang sengaja menyebarkan informasi yang salah dan berita palsu. Beranjak dari hal itu, School of Information Technology (SIT), Monash University Malaysia, mengembangkan teknologi kombinasi algoritma grafik dan pembelajaran mesin untuk mengekstrak informasi berharga dari platform seperti: Reddit, StackExchange dan Quora, guna menerapkan skor yang memperkirakan keandalan pesan kiriman seseorang.

Pimpinan Proyek, Dr. Ian Lim Wern Han dari SIT mengatakan teknik penilaian ini dapat memberikan wawasan kepada pengguna tentang konten yang mereka konsumsi secara online. “Dengan memberikan nomor kepada pengguna dari berbagai forum diskusi online, kami dapat memberi penghargaan kepada orang-orang yang berbagi konten kredibel dan dapat dipercaya, sambil menghukum orang lain yang mendorong konten salah disinformasi,” kata Dr. Lim.

Jika pengguna dapat dipercaya, terang Lim, konten mereka akan ditempatkan lebih tinggi pada halaman untuk visibilitas lebih dan suara Reddit mereka akan lebih berharga ketika mereka memberikan suara atau komentar lain. “Jika seorang pengguna dianggap tidak dapat dipercaya, pos mereka akan ditempatkan lebih rendah pada halaman atau bahkan dalam beberapa kasus disembunyikan dari publik sama sekali dan suara mereka memiliki nilai yang lebih rendah”.

Studi terbaru yang dilakukan oleh Annenberg Public Policy Center dari University of Pennsylvania, mengungkapkan bahwa orang yang mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi lebih cenderung mendapatkan informasi yang salah tentang vaksin dibanding mereka yang mengandalkan platform media tradisional.

Penyebaran berita palsu terkait masalah kesehatan dan politik akan tetap menjadi tantangan konstan terkecuali ada aplikasi mendesak yang dapat memoderasi dan memverifikasi konten secara online dengan tepat.

Penelitian Lim menawarkan solusi yang memungkinkan. Akurasi pendekatannya divalidasi setelah mengumpulkan lebih dari 700.000 unggahan di berbagai forum online dari hampir dua juta pengguna. Penelitiannya memprofilkan setiap individu dengan peringkat dan angka-angka ini kemudian digunakan untuk memprediksi kontribusi pengguna pada hari berikutnya. Angka-angka itu diperbarui setiap hari dan proses tersebut diulangi pada hari-hari berikutnya.

“Ada banyak sekali platform media sosial dengan ratusan ribu unggahan dan komentar. Tidak hanya sulit tetapi juga sangat mahal untuk memproses ini satu per satu, terutama karena sifatnya yang tidak terstruktur. Jadi saya memutuskan untuk meninjau ini dari sudut pandang pengguna dan mengidentifikasi pengguna yang dapat dipercaya. Saya mengukur nilai kepercayaan dan keandalan profil online lainnya berdasarkan metode pembuatan profil,” kata Lim.

Pendekatan ini juga dapat diterapkan pada influencer media sosial online untuk memastikan selebriti, olahragawan atau orang lain yang berpengaruh tidak menyebarkan informasi atau pengumuman layanan masyarakat yang tidak benar atau menyesatkan.

“Bagaimana kita bisa mengklasifikasikan pengaruh media sosial dari seseorang yang berpotensi menyebarkan informasi yang salah? Baru-baru ini di AS, para pemain di National Basketball Association menjadi berita utama karena keyakinan mereka bahwa pandemi Covid-19 telah dibesar-besarkan dan ada yang tersembunyi”.

Informasi itu lantas viral dan menyesatkan banyak orang. “Setiap kali para pemain ini membagikan tweet, mereka memiliki kemampuan untuk memengaruhi jutaan orang, oleh karena itu penting bagi kami untuk mencegah penyebaran informasi yang salah secara online,” pungkas Lim.

132