Home Ekonomi Kian Produktif, Petani Cabe Lahan Pasir Gunakan Energi Surya

Kian Produktif, Petani Cabe Lahan Pasir Gunakan Energi Surya

Kulonprogo, Gatra.com - Indonesia ternyata bukan hanya subur tanahnya, melainkan juga pasirnya. Hal itu terbukti di kawasan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, saat para petani bercocok tanam di lahan pasir. Petani bahkan mulai memanfaatkan energi ramah lingkungan untuk menopang budi daya.

Tukijo, 54 tahun, petani lahan pasir di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, DIY, menyebut pasir cocok untuk sejumlah tanaman pangan. Sejak 1987, di lahan pasir ia menanam cabe yang kini harganya sedang tinggi.

“Panen cabe di lahan pasir bisa dapat lebih banyak. Jika umumnya di lahan biasa dapat dipetik cuma delapan kali satu musim, ini bisa dipetik 15-20 kali,” tutur Tukijo saat ditemui, Sabtu (27/3).

Dari lahan sekitar 2.600 meter persegi yang dikelola Tukijo, satu ton cabe dapat diperoleh dalam sekali petik pada masa puncak panen. Setelah ditanam selama 70 hari, cabe dapat dipanen untuk pertama kali. Setelah itu, setiap lima hari cabe berbuah dan siap dituai lagi.

“Sekarang satu kilogramnya dihargai Rp30 ribu untuk cabe keriting dan Rp90 ribu untuk cabe rawit,” kata dia.

Cabe lahan pasir Kulonprogo dijual hingga ke Lampung, Jambi, Medan, dan Batam di Sumatera. “Mereka bilang cabenya kualitasnya bagus. Tidak cepat busuk,” kata anggota Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulonprogo ini.

Menurutnya, dahulu lahan pasir cuma ditanami pada musim hujan dengan singkong, ubi jalar, atau jagung. “Tapi sekarang petani menanam cabe, semangka, dan melon. Sayuran, seperti kangkung dan sawi, jadi tanaman tumpangsari,” tuturnya.

Petani tak lagi hanya mengandalkan hujan untuk pengairan karena telah membuat sumur. Untuk mengangkat dan mengalirkan air ke tanaman, petani menggunakan tenaga genset.

Namun sejak tahun lalu, Tukijo coba memanfaatkan teknologi energi baru yang ramah lingkungan. Ia memasang sebuah panel surya berdaya 1200 watt di atap pos tani di dekat lahan pasir garapannya. “Idenya dari otak-otak petani sendiri,” kata dia.

Sayangnya, langkah itu masih terkendala teknis hingga listrik dari panel surya itu belum dapat menyokong kerja pompa air. “Perlu ganti salah satu perangkatnya dan harus dipesan di Jakarta. Tapi gara-gara Covid belum bisa dikirim,” katanya.

Toh panel surya itu tetap bermanfaat membantu kinerja Tukijo dan para petani. “Sekarang digunakan untuk penerangan di malam hari dan untuk nge-charge HP,” katanya.

Tukijo yakin setelah panel surya diperbaiki dan dapat bekerja, petani dapat makin berhemat karena energi surya lebih murah. Hasil panen cabe pun bakal makin optimal. “Tidak betul kalau dibilang lahan pasir sini gersang dan tidak subur. Masyarakat pesisir sejahtera lewat pertanian,” katanya.

1189