Home Politik Dampak Revitalisasi, Ratusan Hektar Padi Terancam Mati

Dampak Revitalisasi, Ratusan Hektar Padi Terancam Mati

Purworejo, Gatra.com - Proyek revitalisasi saluran air Kedung Putri milik Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) ternyata membuat masalah bagi petani. Pasalnya akibat proyek tersebut, ratusan hektar tanaman padi terancam mati. Permasalahan ini pun kemudian diadukan oleh warga ke DPRD Kabupaten Purworejo, yang langsung diterima oleh Ketua DPRD Dion Agasi Setiabudi, Jumat (13/8).
 
"Kami datang ke DPRD ini membawa keluhan para petani di 8 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Purworejo, Bayan dan Banyuurip. Para petani berharap agar pihak BBWSSO memberi kebijakan mengalirkan air ke sawah-sawah kami yang sedang ditanami padi," kata Kades Kalimiru, Kecamatan Bayan, Agung Yuli Priatmoko mewakili warga. 
 
Menurut Agung, karena direvitalisasi (keruk), aliran irigasi Kedung Putri ditutup mulai 1 Agustus hingga akhir Desember 2021. "Padahal usia tanaman padi kami baru 55 hari dan sangat butuh air. Bayangkan berapa potensi kerugian yang akan dialami oleh para petani jika per hektar bisa menghasilkan 6,8 ton gabah. Dikalikan 400 total potensi kerugian petani adalah 2.720 ton padi," lanjut Agung. Ia pun meminta dalam waktu seminggu air harus sudah mengalir, karena jika tidak maka tanaman padi akan mati. 
 
Dalam kesempatan yang sama, Ka UPT Pemeliharaan Jalan dan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Purworejo, Edi Nur Widyoko mengatakan bahwa pihaknya hanya operator lapangan. "Kami menunggu instruksi dari BBWSSO. Kali Kedung Putri mengairi 4.300 hektar sawah dari Sejiwan hingga Pangen. Yang sekarang butuh pengairan adalah Kemantren Purworejo 1 dan 2. Teknisnya nanti menunggu dari BBWSSO," kata Edi.
 
Sementara itu, Ketua DPRD Dion Agasi mengatakan bahwa, pihaknya akan segera berkomunikasi dengan BBWSSO agar mengalirkan air Kedung Putri ke sawah para petani. "Para petani kan tidak minta air 24 jam terus menerus. Mereka hanya ingin agar tanaman padi mereka tidak mati, paling tidak seminggu dialiri 2 kali. Kami akan berdiskusi dengan pihak balai besar agar mereka tidak saklek dalam menjalankan programnya," kata Dion.
 
Ia melanjutkan, jika tanaman padi para petani mati, maka mereka akan sangat dirugikan, ketahanan pangan di Kabupaten Purworejo juga terancam. "Revitalisasi sangat bermanfaat bagi masyarakat, tapi ketahanan pangan juga harus diperhatikan. Apalagi pada masa pandemi seperti sekarang ini," tandas Dion.

 

1569

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR