Home Olahraga Pernah Digunakan Timnas, Stadion Pekanbaru Mencekam Tak Terawat

Pernah Digunakan Timnas, Stadion Pekanbaru Mencekam Tak Terawat

Pekanbaru,Gatra.com - Pernah digunakan Timnas U-22 pada ajang pra piala Asia tahun 2013, Stadion Utama Riau  kini kondisinya memprihatinkan.  Stadion dengan kapasitas lebih kurang 43 ribu penonton tersebut,tampak dikelilingi rumput-rumput ilalang yang menyemak di luar area stadion. 
 
Eksterior stadion yang dulu berwarna kuning menyala, pada beberapa sisi mulai pudar dimakan usia.Sementara itu beberapa gerbang pintu masuk, dirusak oleh aksi vandalisme. 
 
Sekarang, stadion yang dibangun dengan dana lebih dari Rp1 triliun tersebut untuk gelaran PON 2012, telah menjadi lokasi wisata Pekanbaru, yang dikelola seadanya. Pada momen tertentu, kawasan stadion tampak mencekam lantaran penerangan yang minim. 
 
Kepada Gatra.com, pelatih sepak bola asal Riau, Raja Faisal, mengatakan kondisi mencekam stadion tersebut sesungguhnya bisa diminimalisir bila giat sepakbola dianggap sebagai industri dan membudaya. 
 
"Kondisi yang ada saat ini, mencerminkan olahraga tak terkelolah dengan baik. Tahap dimana olahraga itu sudah terkelolah dengan baik adalah ketika dia dianggap sebagai lapangan usaha (industri)," ujar mantan Pelatih PSPS Kota Pekanbaru ini, Senin (6/12).  Sebut Faisal, tanpa adanya bisnis olahraga di stadion tersebut, maka pengelolah stadion akan kesulitan melakukan perawatan. 
 
Asal tahu saja, PSPS Kota Pekanbaru, sebagai klub sepak bola paling masyhur di Riau menjadikan Stadion Kaharudin Nasution sebagai markas tim. Awalnya, PSPS sempat memakai Stadion Utama sebagai homebase saat mengarungi sejumlah turnamen,namun birokrasi yang berbelit-belit membuat Asykar Theking memilih betah di Stadion Kaharudin Nasution. Stadion ini memiliki kapasitas jauh dibawah Stadion Utama, yakni 25 ribu penonton. 
 
Adapun Stadion Utama saat ini dikelolah oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau. 
 
Faisal menambahkan, untuk menjadikan olahraga sebagai sektor usaha, maka diperlukan kiat membumikan olahraga itu sendiri. Menurutnya ada sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk melihat penerimaan akan olahraga disuatu wilayah. 
 
"Indikator itu ada yang datang dari masyarakat,misalkan seberapa percaya keluarga membiarkan anak-anak menggeluti olahraga sebagai sumber mata pencaharian. Sementara Indikator dari pemerintah  bisa dilihat dari peran pemerintah selaku fasilitator fasilitas olahraga,"urainya.
 
Dikatakan Faisal, selaku fasilitator, peran pemerintah bukan hanya membangun stadion skala besar, melainkan juga memastikan ketersediaan ruang bagi lapangan bola skala kecil hingga tingkat kecamatan. 
 
"Jadi stadion besar itu bagian hilirnya, sementara hulunya ya lapangan-lapangan skala kecil. Bila di lapangan skala kecil ini sepakbola tidak membudaya, maka bakal sulit untuk mengharapkan itu terjadi di stadion besar. Jadi keberpihakan itu di mulai pada lapangan skala kecil," pungkas pelatih yang meraih sertifikat kepelatihan di Malaysia ini. 

 

628