Home Kolom Vaksin untuk Periodontal: Mimpi atau nyata?

Vaksin untuk Periodontal: Mimpi atau nyata?

  Prof. Dr. Rini Devijanti Ridwan drg.,MKes.
  Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya


Periodontitis (infeksi gusi serius yang merusak) adalah penyakit multifaktorial. Merupakan interaksi antara tubuh, mikro-organisme dan lingkungan, termasuk di dalamnya faktor genetik. Lebih dari 300 spesies mikroorganisme, telah ditemukan pada jaringan periodontal. Dengan bakteri utamanya adalah Porphyromonas gingivalis.

Bakteri ini, menghasilkan berbagai antigen yang merangsang sel-sel inflamasi. Yang menyebabkan produksi berbagai sitokin. Antigen ini, dapat merangsang sel T helper 1 dan 2 (Th1 dan Th2).

Sedangkan penyakit periodontal sendiri merupakan penyakit inflamasi kronis pada periodonsium. Akibat yang ditimbulkannya, berupa kerusakan progresif dari jaringan lunak dan keras, yang mendukung gigi. Dan hal seperti, itu adalah penyebab paling umum dari kehilangan gigi pada orang dewasa.

Penyakit ini, merupakan penyakit inflamasi rongga mulut kronis. Yang biasanya, diawali oleh perubahan mikroflora subgingiva. Jika sudah pada level parah, menjadi penyebab nomor satu kehilangan gigi pada orang dewasa.

Kemajuan terbaru, dalam biologi seluler dan molekuler, telah mengarah pada pengembangan strategi baru untuk vaksin. Pada berbagai jenis penyakit menular, termasuk di dalamnya, penyakit periodontal ini.

Sudah lama diketahui, bahwa individu yang pulih dari penyakit, akan mengembangkan resistensi berikutnya yang sama.

Selama ini, pengobatan penyakit periodontal ini dilakukan dengan cara standar biasa. Yaitu dengan pemberian antibiotik, obat nyeri dan sebagainya. Belum dilakukan riset yang lebih menyeluruh, guna mengatasi persoalan penyakit. Itulah mengapa, pengembangan strategi pemberian vaksin, menjadi penting.

Akhir abad ke-18, Edward Jenner, sebenarnya sudah mengembangkan dan menetapkan prinsip vaksinasi. Menggunakan perlindungan silang yang diberikan oleh virus cacar sapi, yang non patogen pada manusia.

Dengan pertumbuhan yang cepat, dari sekuensing genom mikroba, dan alat analisis bioinformatika, berpotensi untuk memeriksa semua gen dan protein, dari patogen manusia mana pun.

Teknik ini, memiliki kemampuan untuk memberi target baru untuk obat dan vaksin anti-mikroba. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan bioinformatika baru dan pendekatan eksperimental untuk memilih target dari segudang kandidat yang tersedia.

Dan, vaksinasi ini merupakan proses yang menginduksi resistensi kekebalan spesifik terhadap infeksi bakteri atau virus.

Di Amerika, lebih dari 100 juta orang, diperkirakan memiliki penyakit periodontal. Diperkirakan, 42% dari populasi orang dewasa memiliki penyakit periodontal. Sehingga menjadikan penyakit ini sebagai salah satu penyakit menular kronis yang paling umum menyerang manusia.

Sedangkan beban ekonomi, dari hilangnya produktivitas karena periodontitis, diperkirakan mencapai US$54 miliar pada tahun 2013.

Periodontitis banyak terjadi pada orang dewasa dan tersebar luas pada usia lanjut. Tapi juga dapat mempengaruhi anak-anak dan remaja. Periodontitis juga telah dikaitkan dengan kondisi sistemik, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, rheumatoid arthritis, kanker orodigestif, dan penyakit Alzheimer.

Saat ini, pengobatan periodontitis ditujukan untuk menghentikan perkembangan penyakit dalam mempertahankan tingkat sisa tulang alveolar, tetapi kegagalan masih sering dijumpai untuk menghentikan perkembangan penyakit periodontal tersebut.

Vaksin untuk penyakit sangat diperlukan. Meskipun etiologi penyakit periodontal adalah polimikroba, Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri kunci yang terkait dengan penyakit ini. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri anaerob Gram-negatif yang memiliki serangkaian molekul, termasuk fimbriae, dua jenis lipopolisakarida, gingipain, dan kapsul polisakarida yang berkontribusi pada potensi virulensi bakteri ini.

Sejarah vaksin periodontal, dimulai pada awal abad kedua puluh, tiga vaksin periodontal telah diteliti dengan menggunakan kultur murni streptokokus dan organisme lain, vaksin autogenous dan stok vaksin, contohnya termasuk vaksin Vancott dan Endokarp Inava.

Vaksin ini berakhir tidak meyakinkan. Alasan kegagalan adalah ketidakmampuan secara memadai pada saat uji klinis terkontrol dan eksperimen.

Indikasi untuk imunoterapi periodontal meliputi penyakit periodontal parah dengan kehilangan tulang di sekitarnya, adanya peradangan dan hubungan dengan infeksi bakteri rongga mulut. Adanya Diabetes eksaserbasi dan Cardio Vascular Diseases (CVD), serta bila obat kumur tidak berfungsi.

Jenis imunisasi periodontal meliputi imunisasi aktif yang diperoleh dari seluruh sel bakteri, vaksin sub unit dan peptide sintestis sebagai antigen. Imunisasi pasif diperoleh dari antibodi monoklonal murine, dan tumbuhan, sedangkan imunisasi genetik diperoleh dari vaksin plasmid dan vaksin vektor dari virus.

Strain bakteri Porphyromonas gingivalis, menunjukkan berbagai heterogenitas. Namun, strain yang dienkapsulasi dikaitkan dengan infeksi yang sangat invasif.

Terdapat 6 serogrup Porphyromonas gingivalis, berdasarkan polisakarida kapsul (CPS) pada karakterisasi serologi. Lokus genetik untuk biosintesis kapsul telah diidentifikasi, dan telah didapat komposisi dan analisis struktur dasar dari CPS Porphyromonas gingivalis. CPS Porphyromonas gingivalis memberikan perlindungan terhadap organisme dengan membatasi respons pada kapsul, tetapi dalam bentuk murni CPS akan menimbulkan respons inflamasi dari sel imun.

Saat ini, strategi pada perawatan penyakit periodontal dikerahkan untuk mengurangi kerusakan jaringan dan tulang alveolar. Namun, perawatan masih sering gagal dalam menghentikan perkembangan penyakit. Dengan demikian, pengembangan vaksin yang efektif untuk penyakit periodontal sangat diperlukan.

Salah satu bahan yang memungkinkan dalam pengembangan vaksin untuk penyakit periodontal adalah penggunaan kapsul dari bakteri utama penyebabnya. Beberapa penelitian telah membuat vaksin konjugasi, yang terdiri dari kapsul bakteri Porphyromonas gingivalis yang dimurnikan. Kemudian dikonjugasi dengan protein pembawa tertentu dan pada konjugasi yang telah ditentukan itu merupakan Porphyromonas gingivalis Capsul Vaccine (Pg-CV).

Penelitian menunjukkan bahwa tikus yang diimunisasi dengan Pg-CV, akan meningkatkan Immunoglobulin G (IgG) spesifik untuk bakteri tersebut, dibandingkan dengan hewan yang diimunisasi dengan kapsul tak terkonjugasi. Uji coba kehilangan tulang pada tikus yang diimunisasi dengan vaksin kapsul yang telah dikonjugasikan, secara signifikan dapat terlindungi dari akibat yang ditimbulkan oleh Porphyromonas gingivalis.

Model praklinis dari kehilangan tulang, akibat infeksi pada jaringan periodontal dapat dikembangkan dengan penggunaan vaksin konjugasi dari Porphyromonas gingivalis dalam mengurangi kerusakan tulang alveolar pada kasus periodontitis.

Pg-CV yang disuntikkan dalam model praklinis pada kehilangan tulang alveolar dengan cara konsisten sebagai vaksin melalui intramuskular dengan menggunakan adjuvan, secara efektif menimbulkan respon IgG kuat untuk Porphyromonas gingivalis.

Pg-CV dapat dipakai sebagai alat baru dan berpotensi efektif untuk mencegah kerusakan tulang alveolar yang luas karena penyakit pada jaringan periodontal. Perawatan periodontitis saat ini memang belum spesifik dan berpusat pada penghapusan plak dengan debridement mekanis, dan sering melibatkan prosedur bedah.

Terapi berkelanjutan ini cukup mahal, menimbulkan rasa sakit dan memiliki prognosis yang bervariasi. Karena sebagian berdasarkan kepatuhan dari pasien.

Penggunaan antibiotik dibatasi oleh kebutuhan yang konstan pada pengobatan untuk mencegah pembentukan kembali patogen. Penjelasan etiologi bakteri tertentu menunjukkan bahwa pengembangan pengobatan khusus untuk target kolonisasi menjadi pendekatan rasional untuk mengobati penyakit.

Vaksinasi merupakan terapi tambahan, yang penting untuk debridement mekanis dalam waktu dekat. Ini bukan mitos tapi kenyataan yang akan menjadi kenyataan, dalam waktu dekat. Tentu, jika penelitian dilakukan dengan cara yang tepat ke arah yang benar.