Home Ekonomi Pulihkan Ekonomi di Masa Pandemi Covid 19 Lewat Dunia Kopi

Pulihkan Ekonomi di Masa Pandemi Covid 19 Lewat Dunia Kopi

Medan, Gatra.com- Upaya untuk menggelorakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ditengah Pandemi Covid 19 diyakini mampu mendongkrak kembali perekonomian Indonesia. Seluruh potensi yang dimiliki negara saat ini dimaksimalkan untuk pemulihan sejumlah sektor usaha kerakyatan demi tercapainya kesejahteraan bersama.
 
Hal itulah mendasari Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara (Sumut)  untuk terlibat langsung dalam pengembangan dunia usaha kopi. Terlebih bagi masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus atau yang sering disebut disabilitas.
 
Keberadaan golongan masyarakat dengan berbagai keterbatasan ini diyakini memiliki peran yang sangat besar untuk ikut terlibat mengembangkan dunia usaha. Karena dibalik setiap kekurangan diyakini ada kelebihan yang dapat diasah agar mampu berkembang selayaknya masyarakat pada umumnya.
 
Dalam tiga hari terakhir, sejak Rabu hingga Jumat tepatnya tanggal 15-17 Desember 2021 ini, AEKI Sumut dipercaya sebagai instruktur untuk melatih sejumlah kaum difabel agar mampu menjadi barista. 
 
Kegiatan pelatihan tersebut merupakan kerja sama Balai Besar Pengembangan Latihan Tenaga Kerja (BBPLK) Medan tersebut merupakan kerja sama Jakarta Future Exchange (JFX), Kliring Berjangka Indonesia (KBI), Kodam I bukit Barisan, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), dan Kementerian Ketenaga Kerjaan.
 
Kemampuan kaum difabel dapat digunakan untuk membuka usaha kecil yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan jika berkelanjutan akan menjadi salah satu sektor usaha yang membuka lapangan pekerjaan bagi sejumlah warga yang kehilangan pekerjaan akibat degradasi perekonomian dampak dari Pandemi Covid 19.
 
Jonsen salah satu instruktur barista dari AEKI Sumut mengatakan bahwa memberikan pelatihan pada kaum disabilitas sudah dilakukan sejak dulu. Namun secara khusus untuk melatih barista masih sangat minim. Padahal dunia kopi saat ini bagian penting dalam kehidupan sosial dan interaksi masyarakat.
 
Padahal, menurut ketua kompartemen industri hilir dan head of barista trainer AEKI Sumut ini, kopi bagian dari gaya hidup yang sangat erat dengan komunikasi sosial. Jika kaum difabel dikaryakan untuk bidang usaha kopi maka dapat berkontribusi besar untuk kesejahteraan bersama.
 
"Kegiatan ini wajib dilaksanakan secara berkesinambungan dan saya berharap kedepannya para temen-teman disabilitas bisa memiliki usaha atau bekerja dibidang barista. Saat ini peluang usaha dibidang ini sangat terbuka lebar," jelasnya.
 
Jonsen mengakui bahwa proses pelatihan bagi kaum disabilitas membang berbeda. Instruktur harus memahami sejumlah kekurangan fisik yang dimiliki peserta didik. Tujuannya agar dapat menemukan formula untuk menerapkan pelatihan. 
 
"Ada beberapa hambatan dalam melatih peserta barista disabilitas ini. Contohnya, pergerakan saat praktek dalam mengoperasikan peralatan dan perlengkapan kopi. Termasuk pergerakan saat menangani customer," jelasnya. 
 
Selain itu, kendala lain juga terletak pada pergerakan saat mengelola area kerja, termasuk pergerakan dalam pemenuhan standar K3. "Hal lain yaitu mudahnya terjadi konflik antar kolega, serta sedikit kendala dalam pemaparan materi teori kepada para tuna runggu dan tuna wicara," katanya. 
 
Namun Jonsen meyakini bahwa kendala tersebut tidak akan menjadi penghalang. Sebab para peserta juga sudah memahami tujuan keterlibatan dalam pelatihan, yaitu untuk kemandirian. Ketua BPD AEKI Sumut, Saidul Alam mengatakan bahwa gagasan untuk memberikan pelatihan kepada kaum disabilitas berawal dari ulang tahun AEKI ke 42, pada bulan Juli yang lalu. 
 
AEKI berkesempatan bertemu dengan Bursa Berjangka Jakarta atau JFX, dan memaparkan bahwa menciptakan program barista untuk disabilitas sangat memungkinkan untuk mendongkrak perekonomian terlebih dimasa pandemi covid 19 saat ini. 
 
Dalam pertemuan tersebut, Saidul Alam mengutarakan bahwa jika ada pelatihan maka dapat menyempurnakan proses kemandirian masyarakat disabilitas dalam memenuhi kesejahteraan hidup. Gagasan itupun disambut langsung oleh Direktur Utama (Dirut) JFX, Stephanus Paulus Lumintang. "Mudah-mudahan dengan pelatihan ini, kekurangan dalam diri kita tidak menghambat," katanya
 
Selain memberikan pelatihan, JFX dan KBI juga memberikan bantuan peralatan serta bahan baku. Dengan harapan setelah pelatihan yang dilaksanakan tiga hari dapat langsung dipraktekkan ditempat masing-masing.
 
Dirut JFX, Stephanus Paulus Lumintang mengatakanpemberian pelatihan bagi kaum difabel merupakan panggilan jiwa untuk menjawab tantangan zaman ditengah pandemi ini. Terlebih saat ini banyak pengangguran akibat gangguan ekonomi yang cukup besar.
 
Senada dengannya, Kepala Divisi Sekretariat KBI, Dihan Yusro mengatakan penyandang disabilitas dapat menjadi pendorong perekonomian masyarakat. Serta menjadi bagian yang ikut mengangkat kehidupan dilingkungan sekitarnya.
1242