Home Regional Sendimentasi Kali Bacin Kian Ambyar, Nelayan Tewas Dorong Perahu, Menagih Janji Ganjar

Sendimentasi Kali Bacin Kian Ambyar, Nelayan Tewas Dorong Perahu, Menagih Janji Ganjar

Tegal, Gatra.com- Sendimentasi muara Kali atau Sungai Bacin di kawasan Pelabuhan Tegal, Jawa Tengah semakin parah. Nelayan menagih janji pemerintah kota (pemkot) dan pemerintah provinsi (pemprov) terkait rencana normalisasi muara sungai yang sempat ditinjau Gubernur Ganjar Pranowo itu.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah Riswanto mengatakan, sendimentasi atau pendangkalan muara Kali Bacin di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal sudah lama dikeluhkan nelayan karena kapal-kapal berukuran 5 gross ton (GT) kesulitan saat berangkat dan pulang melaut.

"Dua tahun lalu sendimentasi di Kali Bacin sudah ditinjau pak gubernur sama pak wali kota dan diminta untuk ditindaklanjuti dengan normalisasi. Namun sampai saat ini, baik pemprov maupun pemkot belum ada tindaklanjutnya," ujar Riswanto, Rabu (5/1).

Menurut Riswanto, normalisasi yang menjadi wewenang Pemkot Tegal tersebut pada saat kunjungan Gubernur Ganjar Pranowo 7 Januari 2020 dijanjikan akan dilakukan pada 2022. Namun rencana normalisasi itu ternyata tidak masuk dalam program pembangunan yang akan dilaksanakan pemkot pada 2022.

"Padahal kita nelayan sudah beberapa kali diundang rapat DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) terkait rencana normalisasi Kali Bacin ini. Saya sudah cek dan tanya ke pemkot, tahun ini tidak ada rencana normalisasi," ujarnya.

Riswanto berharap pemkot dan pemprov segera merealisasikan rencana normalisasi tersebut karena sendimentasi yang sudah berlangsung bertahun-tahun itu sangat berdampak pada mata pencaharian warga setempat.

"Normalisasi ini untuk meningkatkan ekonomi nelayan kecil dengan kapal berukuran 5 GT agar bisa bekerja mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kasihan, kondisi mereka sudah memprihatinkan. Selain di Kali Bacin, sedimentasi di Kali Kemiri dan Sibelis juga butuh perhatian pemprov maupun pemkot, tergantung siapa yang berwenang," tandasnya.

Salah satu nelayan setempat, Warno (53) mengatakan, sendimentasi di Kali Bacin sudah terjadi sejak 2010. Pendangkalan itu semakin parah dalam beberapa tahun terakhir. "Dampaknya kita nelayan mau berangkat dan pulang melaut susah. Pas dangkal, ya tidak mungkin bisa berangkat melaut. Harus nunggu air laut pasang dulu," ujar Warno, Rabu (5/1).

Menurut warga Gang Etong, Kelurahan Tegalsari itu, untuk sekali melaut, nelayan kecil seperti dirinya harus mengeluarkan biaya perbekalan hingga Rp250 ribu. Namun ketika perbekalan sudah siap, kapal tidak bisa keluar dari muara karena kandas.

"Jadinya gagal berangkat. Padahal biaya perbekalan dari ngutang. Pas bisa keluar melaut, pulangnya juga mesti cepat-cepat sebelum air surut agar tidak kandas, walaupun baru dapat ikan sedikit. Kalau kandas ya terpaksa kapal ditinggal dan jalan kaki sekitar satu kilometer," ujarnya.

Warno menungkapkan, sendimentasi tersebut juga sudah sampai memakan korban jiwa. Seorang nelayan bernama Rusdi meninggal karena kelelahan mendorong kapalnya yang kandas saat pulang melaut. "Kejadiannya sekitar dua bulan lalu. Waktu mau masuk (muara) kapal kandas dan harus didorong. Karena beban berat dipaksa didorong akhirnya kecapekan dan meninggal," ungkapnya.

Warno menyebut ada sekitar 30 kapal berukuran 5 GT yang mengandalkan muara Kali Bacin untuk berangkat dan pulang melalut. Dalam satu kapal biasanya ada dua hingga tiga nelayan. "Dulu masih bisa keluar-masuk. Sekarang tambah susah kalau mau melaut," ucapnya.

1118