Home Kesehatan Komnas KIPI Bantah KIPI Covid-19 pada Anak Lebih Tinggi dari Dewasa

Komnas KIPI Bantah KIPI Covid-19 pada Anak Lebih Tinggi dari Dewasa

 

Jakarta, Gatra.com- Kabar dampak serius vaksinasi Covid-19 lebih banyak dialami oleh anak-anak dibandingkan orang dewasa santer beredar. Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI), Hinky Hindra Irawan Satari, membantah kebenaran isu tersebut.

Dari catatan Hindra, KIPI terbanyak justru ada pada kelompok usia 31-45, kemudian diikuti dengan kelompok usia 18-30 tahun.

"Jadi tidak benar KIPI pada anak itu lebih tinggi, data yang kami terima menunjukan proporsi KIPI pada remaja dan anak lebih rendah dibandingkan dengan yang dewasa," kata Hindra dalam diskusi daring, 'IDAI menjawab kegalauan tentang vaksin Covid-19 pada anak', Sabtu (22/1).

Vaksin Covid-19 untuk anak yang diizinkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan Emergency Use Authorization (EUA) adalah Sinovac (CoronaVac) dan Pfizer. Untuk usia 6-17 tahun menggunakan Sinovac, dan usia 12-17 tahun juga bisa menggunakan Sinovac atau Pfizer.

Hindra pun memberi hasil uji klinis vaksin Sinovac di China yang disuntikkan pada anak usia 3-17 tahun. Gejala yang ditimbulkan, kata dia, rata-rata nyeri atau bengkak di tempat suntikan.

Sakit lain yang ditunjukkan adalah demam sebesar 5%, batuk 3%, sakit kepala 2%. Menurutnya, ini dampak biasa yang ditimbulkan karena adanya benda asing yang masuk ke tubuh.

"Ini reaksi alamiah karena tubuh membentuk antibodi. Hilang 1-2 hari dengan atau tanpa pengobatan," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Hindra menyatakan, jika ada kejadian serius setelah vaksinasi, harusnya kasus sudah terlihat sejak fase satu uji klinis vaksin. Ia lantas memastikan bahwa dampak berbahaya yang ditimbulkan memang jarang terjadi. Kalau pun ada, disebutkan bukan dari vaksinasi.

"Biasanya reaksi bersifat ringan atau menengah. (Sakit) di tempat suntikan, demam, nyeri kepala," dia menerangkan.

31