Home Internasional Rusia dan AS Masih Jadi Eksportir Senjata Terbesar Dunia

Rusia dan AS Masih Jadi Eksportir Senjata Terbesar Dunia

Stockholm, Gatra.com - Amerika serikat (AS) dan Rusia masih bercokol sebagai negara pengekspor senjata terbesar di dunia. Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), di tengah kecenderungan penurunan pengiriman senjata secara keseluruhan dari beberapa tahun sebelumnya, kedua negara itu tetap mengirimkan senjata produksinya dalam jumlah besar sepanjang periode 2017-2021.

Menurut SIPRI, sepanjang 2017 hingga 2021, Rusia menyumbang 19 persen dari semua penjualan senjata dunia, turun 26 persen dari periode sebelumnya. India, Tiongkok, Vietnam, dan Mesir menjadi negara tujuan utama senjata Rusia.

Berkurangnya permintaan dari India dan Vietnam menjadi salah satu faktor menurunnya jumlah ekspor senjata Rusia. Meski demikian, SIPRI memprediksi, India akan meningkatkan pembelian senjata dari Rusia dalam beberapa tahun mendatang.

Di sisi lain, AS tercatat memasok 39 persen senjata dunia, meningkatkan sebesar 14 persen dibanding lima tahun sebelumnya. Dengan angka tersebut, Rusia dan Amerika Serikat tetap menjadi pengekspor senjata terbesar dunia. Tercatat bahwa 43 persen pengiriman senjata Amerika Serikat ditujukan kepada negara-negara Timur Tengah.

Sementara itu, meski perdagangan senjata dunia mengalami penurunan sebesar 4,6%, fenomena sebaliknya terjadi di kawasan Eropa. Pembelian senjata oleh negara-negara Eropa naik sebesar 19 persen.

Direktur program SIPRI untuk Keamanan Eropa, Ian Anthony mengatakan bahwa angka tersebut mencerminkan respons Eropa terhadap aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea pada tahun 2014 dan konflik di wilayah Donbas. Menurutnya, sekutu NATO berkomitmen untuk membalikkan tren penurunan anggaran pertahanan.

"Apa yang Anda lihat tercermin dalam angka-angka sekarang, sebagian besar merupakan konsekuensi dari penerapan keputusan itu," kata Anthony dikutip dari RIA Novosti, Senin (14/03).

Amerika Serikat sejauh ini merupakan pemasok senjata utama bagi Eropa, terutama pesawat tempur. Sepanjang tahun 2020-201 Inggris, Norwegia, dan Belanda bersama-sama memesan 71 pesawat tempur F-35 AS. Sejumlah negara yang merasa sangat terancam oleh Rusia seperti Finlandia dan Polandia turut melakukan langkah serupa. Finlandia memesan 64 pesawat F-35, sementara Polandia memesan 32 pesawat.

Anthony menilai konflik Rusia-Ukraina yang tengah terjadi saat ini akan memiliki konsekuensi lebih jauh dari sekadar perdagangan senjata di kawasan Eropa. Perang di Ukraina telah secara fundamental mengubah geografi politik-militer Eropa.

“Tidak akan adalagi angan-angan tentang kerja sama dengan Rusia dalam konsep keamanan yang komprehensif, seperti yang sebelumnya disepakati pada 1990-an. Rusia tidak dapat lagi dijadikan mitra, entah sampai kapan,” ujarnya.

Untuk diketahui, Stockholm International Peace Research Institute atau SIPRI merupakan lembaga riset independen yang didirikan pada tahun 1966 silam, terlibat dalam penelitian terkait konflik, senjata, kontrol senjata, dan perlucutan senjata.

Dalam mengukur kekuatan ekspor negara-negara dunia, SIPRI menggunakan Trend-Indicator Values (TIV), sistem indeks yang mengkombinasikan perhitungan ongkos produksi senjata, kekuatan senjata yang diproduksi, hingga tingkat penyusutan harga senjata per tahun.

448