Home Regional Harga Jual Sayuran Jatuh, Petani di Lereng Lawu Bangkrut

Harga Jual Sayuran Jatuh, Petani di Lereng Lawu Bangkrut

Karanganyar, Gatra.com - Harga jual sayuran lokal ke tengkulak jatuh ke level terendah. Kondisi ini diperparah kesulitan mendapatkan pupuk urea.

Petani asal Desa Gumeng, Jenawi, Tardi mengatakan hanya cabai merah keriting yang mampu bertahan di harga Rp20-an ribu per kilo. Sedangkan jenis sayuran lainnya dihargai murah.

“Daun bawang perkilo hanya Rp4 ribu dari sebelumnya Rp4.500. Bawang merah Rp12 ribu-Rp13 ribu. Idealnya Rp18 ribu. Belum lagi sawi hijau dan kubis. Harganya jatuh. Jeruk lemon saja dibeli tengkulak Rp2 ribu per kilo. Seakan tak dihargai jerih payah kami sebagai petani,” kata Tardi berkeluh kesah.

Ia menyebut omzet penjualan hasil bumi tak bisa menutupi ongkos bercocok tanam. Tardi menyebut para petani sayur di lereng Lawu bangkrut.

Kondisi seperti ini sudah berlangsung setahun terakhir. Pemicunya pupuk urea yang langka mengakibatkan harganya melambung. Dari semula Rp100 ribu per 25 kilogram menjadi Rp400 ribu.

Ia mencontohkan, kebutuhan bercocok tanam per patok dari sebelumnya Rp6 juta per musim, kini naik Rp9 juta.

“Biaya operasionalnya tinggi. Petani sayur sudah bagus jika biayanya impas. Tapi kebanyakan nombok. Bahkan bangkrut. Untuk berhenti bercocok tanam enggak mungkin. Hanya ini mata pencaharian kami. Buat makan sehari-hari. Enggak ada sisa buat lainnya,” tuturnya.

Ia mengakui persaingan usaha juga menyebabkan jatuhnya harga sayuran petani lokal. Masuknya sayuran dari luar kota dengan harga lebih murah membuat tengkulak beralih ke lain hati.

“Sebenarnya persaingan usaha itu wajar. Hanya saja dengan kondisi seperti ini, persaingan usaha makin memberatkan,” jelasnya.

Sementara itu jeritan petani sayur bergema di ruang rapat paripurna dengan agenda pemandangan umum fraksi DPRD, Kamis (19/5). Fraksi PKB menuturkan petani sayuran makin terpuruk.

Anggota Fraksi PKB DPRD Karanganyar, Toni Hatmoko menyampaikan aspirasi para petani sayur harus segera bersolusi.

“Petani di Jenawi, Jatiyoso, Ngargoyoso dan Tawangmangu berkeluh kesah. Masuknya sayuran dari luar kota membuat penjualan hasil buminya lesu. Sayuran dari luar kota lebih murah,” katanya.

Ia mendesak Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan menginformasikan ke masyarakat ihwal kualitas jempolan sayuran lokal

“Setidaknya dengan kualitas yang bagus, sayuran kita tetap diminati. Itu tugas dinas terkait untuk mengawalnya,” imbuhnya.

1149