Home Regional Kirab Jembul dan Sumpah Ratu Kalinyamat, Magnet Ribuan Warga Lokal dan Mancanegara

Kirab Jembul dan Sumpah Ratu Kalinyamat, Magnet Ribuan Warga Lokal dan Mancanegara

Jepara, Gatra.com - Kirab Jembul di Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, selalu menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Terlebih, dua tahun sebelumnya tradisi ini absen karena digebuk pagebluk.

Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno mengatakan, sebanyak ribuan warga menyemarakkan kearifan lokal yang sudah turun-temurun tersebut.

"Tradisi ini selalu menyedot banyak masyarakat dari dalam dan luar desa. Tidak kurang 2.000 warga memadati acara ini," ujarnya, Senin (20/6).

Tradisi Jembul, disebutnya sempat mandek digelar saat pandemi Covid-19 menyelimuti kabupaten berjuluk Bumi Kartini. Sehingga ketika kembali dihelat, antusiasme masyarakat dan kesakralan ritual arak-arakan Jembul sangat kuat.

Tradisi Jembul Tulakan, disebutnya, merupakan ritual tahunan yang berlangsung pada bulan Zulkaidah yakni bulan ke-11 tahun Hijriah, tepatnya pada hari Senin Pahing dalam pasaran penanggalan Jawa.

"Biasanya dilaksanakan berbarengan dengan Sedekah Bumi Desa Tulakan. Alhamdulilah, tahun ini kita bisa melaksanakan tradisi turun-temurun, yaitu Jembul Tulakan," terang Budi.

Jembul yang berarti jambul (sejambak rambut) dalam bahasa daerah ini, diungkapkannya, terbuat dari rumbaian bambu sebagai simbol rambut Arya Penangsang setelah berhasil dibunuh Ratu Kalinyamat.

"Tradisi Jembul Tulakan tak lepas dari kehidupan Ratu Kalinyamat, sang penguasa Jepara," jelasnya.

Ia menuturkan, setelah suami Ratu Kalinyamat yang bernama Sultan Hadlirin meregang nyawa di tangan Arya Penangsang.

Membuat sang ratu bersumpah untuk menjalani Tapa Wuda (bertapa telanjang), sebelum mengakhiri kedikdayaan Arya Penangsang.

Tapa Wuda ini, diartikan Budi, tidak memiliki makna telanjang dalam arti sebenarnya. Melainkan, Sang Ratu menjauhi sifat keduniawian dan kemewahan di istana.

Lanjutnya, tempat pertapaan Ratu Kalinyamat sendiri dipercaya terletak di Bukit Donorojo.

"Tidak sekali-kali saya turun dari pertapaan, jika belum bisa membersihkan kaki dengan jembul atau rambut Arya Penangsang," kata Budi menirukan sumpah Ratu Kalinyamat.

Dengan ucapan tersebut, diterima oleh masyarakat Tulakan bahwa kesetiaan, kecintaan, dan pengabdian sang ratu terhadap Suaminya, yang telah terbunuh oleh Arya Penangsang.

Sang Ratu dengan keikhlasannya, bersedia menanggalkan gemerlapnya kehidupan istana untuk mendapatkan keadilan Yang Maha Kuasa.

"Oleh sebab itu, masyarakat Tulakan merasa terpanggil untuk ikut memberikan bantuan dengan melakukan upacara perayaan yang dikenal Jembul Tulakan," ungkapnya.

1569