Home Internasional Syarif Bando Sampaikan Keberhasilan Transformasi Perpusnas di Kongres Perpustakaan Dunia

Syarif Bando Sampaikan Keberhasilan Transformasi Perpusnas di Kongres Perpustakaan Dunia

Dublin, Gatra.com – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Repulik Indonesia, M. Syarif Bando, menyampaikan keberhasilan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial kepada para kepala perpustakaan dunia dalam Conference of Director of National Libraries (CDNL) di Dublin, Irlandia.

Syarid Bando dalam keterangan pers, Sabtu (30/7), menyampaikan, program tersebut merupakan upaya penguatan literasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan.

Menurutnya, masyarakat telah merasakan manfaat dari program tersebut. Program itu juga telah dibukukan dengan judul “Impact Stories of Library Transformation Based on Social Inclusion”.

Syarif Bando menyampaikan kisah para penerima manfaat program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial tersebut kepada para kepala perpustakaan dari berbagai negara.

Para kepala perpustakaan dunia tersebut diharapkan kembali menceritakan tentang isu buku yang saat itu dijadikan sebagai materi cerita Kaperpusnas kepada jajarannya.

“Semua peserta diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang apa yang dilakukan di negaranya masing-masing,” katanya.

Syarif Bando melanjutkan, para kepala perpustakaan dari berbagai negara juga mencerikanan tentang pribadi masing-masing untuk saling mengenal lebih dekat. Ia menyatakan, hanya Indonesia yang menceritakan tentang impact stories dari program perpustakaan berbasis inklusi sosial.

“Negara-negara yang masuk dalam satu grup memberikan apresiasi yang luar biasa dan menginspirasi atas program-program yang telah dilakukan dan dicapai oleh Perpustakaan Nasional,” katanya.

CDNL merupakan forum yang bertujuan untuk saling mengenalkan para pimpinan perpustakaan dan membahas isu-isu menarik dalam bidang perpustakaan, kepustakawanan, sosial, dan budaya.

Sesi ini dibagi dalam beberapa grup, para kepala perpustakaan saling bertukar cerita mengenai perpustakaan di negara masing-masing. Kepala Perpusnas berada satu grup dengan Kepala Library of Congres, Kepala Perpustakaan Prancis, Polandia, dan Serbia Herzegovina.

CDNL merupakan bagian dari World Library and Information Congress (WLIC) ke-87 yang digelar oleh International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) di Dublin.

Kongres ini bertajuk “Inspire, Engage, Enable, Connect” pada 26-29 Juli 2022 tersebut berlangsung sukses dan menghasilkan Manifesto Perpustakaan Umum 2022 oleh IFLA dan UNESCO. Manifesto bertujuan untuk merespons perubahan teknologi dan menggambarkan realitas masyarakat serta misi perpustakaan umum saat ini.

Dalam WLIC 2022, Indonesia diwakili enam delegasi dari Perpusnas dan satu delegasi dari BRIN. WLIC 2022 dihadiri oleh 1.934 peserta yang berasal dari 96 negara dengan sukarelawan lebih dari 200 orang dari beberapa negara anggota IFLA.

Peserta World Library and Information Congress (WLIC) ke-87 yang digelar oleh International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) di Dublin berfoto bersama usai acara. (Ist)

Pada tahun ini, kepemimpinan Presiden IFLA, Barbara Lison yang berasal dari Jerman, berakhir. Selanjutnya, IFLA akan dipimpin oleh Vicki McDonald asal Australia untuk masa 2022–2023. IFLA WLIC 2023 akan berlangsung di Rotterdam, Belanda.

Tematik WLIC 2022 WLIC ke-87 Tahun 2022 dibagi dalam beberapa sesi untuk menjawab tantangan terkini dunia pustakawan dan perpustakaan. Salah satu isu yang dibahas terkait akses terbuka informasi.

Semakin banyaknya konten dengan akses terbuka membuat pustakawan dihadapkan pada tantangan mengelola akses ke konten. Mereka harus mengelola akses terbuka ini sesuai dengan kebijakan dan filosofi pengembangan koleksi.

Kemudian, bagaimana perpustakaan mengintegrasikan konten dengan akses terbuka yang memenuhi kebutuhan mereka dan dapat mengecualikan konten yang tidak dibutuhkan.

Isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tetap menjadi agenda tahunan yang dibahas dalam setiap perhelatan WLIC. Agenda 2030 PBB dan SDGs, akan mencapai titik tengahnya tahun depan dan nyatanya masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Implementasi di sejumlah perpustakaan pemerintah, relatif telah berjalan dengan baik dan menjanjikan. Namun aksi besar lainnya masih harus dilakukan serta dibutuhkan satu peta jalan perpustakaan untuk memberi arah sebagai implementasi dari program SDGs.

Sementara itu, Bagian Manajemen Asosiasi Perpustakaan IFLA menyoroti dukungan dari berbagai asosiasi perpustakaan di seluruh dunia dalam pengembangan kepemimpinan di bidang perpustakaan dan informasi.

Bahasan yang dikembangkan antara lain bagaimana negara atau komunitas mendefinisikan 'kepemimpinan' dan dukungan lahirnya profesional baru yang lebih baik untuk mengambil peran kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi isu yang terus diangkat IFLA agar mampu melahirkan dan menghadirkan leadership di setiap perpustakaan.

Sesi yang tidak kalah menariknya adalah Penerbitan Perpustakaan: Komunikasi Ilmiah yang Inklusif dan Terbuka yang Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Sesi ini dirancang untuk menyoroti dampak transformatif nasional dan internasional dari pustakawan yang terlibat dalam kegiatan penerbitan perpustakaan.

Penerbitan itu untuk mendukung “keyakinan IFLA bahwa orang, komunitas, dan organisasi memerlukan akses yang universal dan setara terhadap informasi, ide, dan karya imajinasi untuk kepentingan sosial, pendidikan, budaya mereka, demokrasi dan kesejahteraan ekonomi” (Rencana Strategis IFLA 2019–2024).

Sesi ini bertujuan untuk menghubungkan, memperkuat, dan menumbuhkan komunitas penerbitan perpustakaan IFLA yang dinamis, menyoroti nilai menggabungkan aktivitas penerbitan perpustakaan sebagai keharusan.

Pada Sesi Presiden, Presiden IFLA, Barbara Lison, bergabung dengan presiden terpilih, Vicki McDonald, serta ketua dan perwakilan dari kelompok di dalam dan di luar IFLA untuk mencermati lima tren utama untuk perpustakaan.

Tema-tema tersebut, antara lain menggabungkan analog dan virtual, mengatasi ketidaksetaraan dan diskriminasi, mempromosikan keberlanjutan dan pembelajaran seumur hidup, serta mengadvokasi akses digital, dan kesetaraan partisipasi masyarakat.

157