Home Nasional Perpusnas Gencarkan Jangkauan Program TPBIS

Perpusnas Gencarkan Jangkauan Program TPBIS

Jakarta, Gatra.com – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengatakan, pihaknya akan menggencarkan dan meningkatkan jumlah peserta program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

"Kami juga akan mengajak seluruh stakeholder, khususnya pemerintah agar berbagi, sehingga program TPBIS bukan hanya menjangkau 1.000 hingga 2.000 orang saja. Tapi bisa lebih dari itu,” katanya dalam keterangan pers, Jumat (14/4).

Selain pemerintah, lanjut Syarif, Perpusnas akan ?menggalang kerja sama dengan sejumlah perusahaan rintisan (startup) untuk memberikan pelatihan bagi masyarakat yang ingin masuk pasar daring atau online.

“Untuk biaya hampir enggak ada, karena belajar dilakukan dari rumah. Tapi bagaimana melihat potensi yang dikembangkan pasar,” ujarnya.

Ia menjelaskan, program TPBIS yang sudah berjalan hampir selama lima tahun, yakni sejak 2018 tersebut, telah melaksanakan pendampingan di 34 provinsi dan menyentuh lebih dari 2 juta penerima manfaat dari target awal sebanyak 100 ribu orang.

Syarif menyampaikan, jumlah tersebut menunjukkan besarnya animo masyarakat dan sudah banyak masyarakat yang merasakan manfaat positif program ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.

Ia menyampaikan bahwa TPBIS mampu menjadi penyelamat bagi jutaan orang yang mengikuti program di saat masa pandemi Covid-19. Telah banyak orang yang beralih profesi, bahkan meningkatkan skill-nya dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Perpusnas telah menargetkan mininal 1 juta content creator dari seluruh Indonesia.

TPBIS menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan, wahana belajar, melahirkan inovasi, dan kreativitas masyarakat hingga mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Program TPBIS menyasar masyarakat termarjinalkan, seperti masyarakat yang ada di daerah kumuh dan miskin, petani dan petambak kecil, buruh, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga ibu-ibu rumah tangga.

Menurut Syarif, mereka selama ini miskin karena empat hal, yakni kurang menguasai ilmu pengetahuan, minim inovasi dan kreativitas, kurangnya akses terhadap permodalan, dan kultur masyarakat yang lebih banyak bertutur dibanding membaca.

“Melalui program ini, masyarakat diberi pelatihan untuk meningkatkan skill melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan,” katanya.

TPBIS merupakan program menyelesaikan persoalan dari akarnya secara inklusif. Ini merupakan bentuk transformasi perpustakaan yang semula hanya mengumpulkan buku dan menunggu masyarakat datang untuk membaca.

Syarif dalam talkshow bertajuk “TPBIS Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Pascapandemi”, menyampaikan, perpustakaan di era morern adalah bagaimana bisa menjangkau masyarakat dan menumbuhkan budaya baca.

“Jangan mengajak membaca kepada orang yang sedang lapar. Tapi harus punya strategi bagaimana untuk melirik buku yang ada solusi jalan keluar dari masalah ekonomi, khususnya saat pandemi,” ujarnya.

Melalui TPBIS, lanjut Syarif, Perpusnas memandu masyarakat untuk memilih keahlian tertentu disesuaikan dengan pilihan ekonomi yang dikehendaki sesuai dengan potensi yang ada dengan menyediakan sumber informasi yang relevan.

TPBIS dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten atau kota, hingga desa atau kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan masyarakat hingga tingkat paling bawah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.

“Pesan Bung Karno, yakni berdiri di atas kaki sendiri, diawali dari imajinasi dengan membaca buku [terapan],” ujarnya.

Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan, mengapresiasi dan mendukung upaya Perpusnas memperluas program TPBIS. Pihaknya berupaya mendukung di antaranya dari sisi anggaran. Pasalnya, TPBIS harus menjadi program prioritas karena langsung menyentuh masyarakat.

Selain itu, program ini juga secara tidak langsung ?mengajak masyarakat gemar membaca. Kemudian, memperbaiki kualitas hidup dan skill serta menemukan tujuan. “Dengan membaca, bisa mengembangkan diri. Membaca pula akan merubah dan memperbaiki penghasilan,” katanya.

30