Home Gaya Hidup Oscar Lawalata Rawat Nilai Luhur Tenun Nusantara dengan Gelaran Festival AKU DAN KAIN

Oscar Lawalata Rawat Nilai Luhur Tenun Nusantara dengan Gelaran Festival AKU DAN KAIN

Jakarta, Gatra.com - Perancang busana Oscar Lawalata menunjukkan kepeduliannya terhadap eksistensi kain tenun Nusantara yang dinilai mulai terkikis akibat perkembangan zaman modern.

Pengoleksi ratusan kain tenun khas Tanah Air itu menggelar festival AKU DAN KAIN: Wonders of Weaving di Museum Nasional (Munas), Jakarta, di bawah naungan Oscar Lawalata Culture (OLC) yang bekerja sama dengan beberapa partner lain, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudrsitek).

"Kami dari OLC ingin punya rasa bangga menjadi orang Indonesia. Kami ingin budaya luhur Indonesia berlanjut bagi generasi muda," ujar Oscar dalam konferensi pers siang tadi.

Selain itu, Oscar punya kekhawatiran lain. Ia tahu bahwa selain minat minim dari anak muda terhadap kain tenun, kehadiran tenun di tengah-tengah budaya Indonesia juga makin ditinggalkan lantaran kondisi industri yang kian lesu.

"Sebetulnya kain tenun itu bukan cuma soal produk budaya, tapi dari segi ekonomi juga dia harus ada pasarnya biar terus ada sustainability," tutur Oscar.

Atas dasar itulah Oscar menggandeng model profesional dan pemengaruh (influencer), baik dari dalam maupun luar negeri, sebagai model foto dan model pertunjukan busana di festival ini. Tujuannya adalah supaya generasi muda punya panutan yang bisa menginspirasi mereka untuk lebih mendalami budaya tenun juga.

"Kita tak ingin tenun jadi bagian dari masa lalu saja, tapi kita ingin tenun bertransformasi ke depan. Supaya tidak tertinggal, tapi justru terdepan," tandas Oscar.

Dalam menghelat festival ini, Oscar juga menggandeng Munas yang memberi izin gedung untuk digunakan sebagai lokasi pameran. Plt. Kepala Munas, Sri Hartini, mengaku bersyukur ia dipercaya oleh Oscar untuk menggelar acara ini.

"Ini kan upaya pelestarian budaya. Sasarannya adalah anak muda milenial yang mulai melupakan budaya kain tenun," ucap Sri.

Selain itu, imbuh Sri, gelaran ini juga berarti lain baginya. Munas sudah berstatus Badan Layanan Umum (BLU) sejak tahun lalu. Oleh karena itu, ia berpikir ini waktu yang tepat untuk berbenah.

"Mungkin orang beranggapan kalau pergi ke museum itu tempat barang-barang kuno, tapi kita kan di sini ada edukasi, hiburan, dan bahkan wisata," tutur Sri.

Soal penataan instalasi pameran, Oscar juga menggandeng Seniman Ruang untuk mengerjakannya. Perwakilan Seniman Ruang, Arthur, menyatakan dirinya bangga diajak kerja bersama lantaran menurutnya festival ini merupakan upaya yang mulia dalam mempertahankan warisan budaya.

"Kita membantu kombinasi interior architecture. Kita ingin celebrate dan menyambungkan kain tenun Indonesia dari masa lampau, masa kini, dan masa depan," ujar Arthur.

Arthur kemudian menjelaskan lebih rinci lagi soal penataan ruangnya. "Kita ingin membuat suatu jalur di mana kita melewati satu area prelude, lalu kita bisa melihat kain-kain tua yang dipajang sedemikian rupa, dan akhirnya kita sampai ke konklusi," ujarnya.

Di hari pembuka ini, upacara resmi pembukaan AKU DAN KAIN juga digelar setelah konferensi pers usai. Dieektur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, hadir langsung ke lokasi untuk meresmikannya.

"Lebih dari apa pun, kain bukan hanya benda untuk menutupi tubuh, tapi lebih dari itu, kain adalah identitas kita," ujar Hilmar dalam kata sambutannya.

Festival ini juga mengusung tema Age of Diversity untuk merayakan keragaman budaya di Tanah Air. Hal ini mencerminkan perbedaan corak, motif, warna, dan nilai yang dimiliki kain tenun di setiap wilayah di Tanah Air. Bagi Hilmar, tema tersebut penting untuk tetap mempertahankan semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

"Tema The Age of Diversity ini jadi peringatan penting bagi kita bahwa kebudayaan Indonesia itu hakikatnya itu beragam, bukan seragam," tandas Hilmar.

Festival AKU DAN KAIN: Wonders of Weaving akan diselenggarakan selama sebulan penuh di Museum Nasional, Jakarta, pada 10 Agustus-10 September. Penikmat kain tenun bisa mendalami nilai sejarah dan budaya dari kain-kain tenun itu dengan berkunjung langsung ke lokasi. Harga tiket yang dipatok oleh festival ini hanya Rp20.000 saja per orang.

183