Home Regional Pernah Pentas di Istana Negara, Tari Soreng SWS Bisa Jadi Misi Kebudayaan Dunia

Pernah Pentas di Istana Negara, Tari Soreng SWS Bisa Jadi Misi Kebudayaan Dunia

Magelang, Gatra.com - Sanggar Seni Warga Setuju (SWS) menggelar pertunjukan kesenian rakyat bertajuk '59 Tahun Berkarya, Pulih Lebih cepat Bangkit Lebih Kuat'. Acara yang dimeriahkan ratusan seniman dari Kabupaten Magelang dan sekitarnya itu diselenggarakan di Sanggar Pangrumpaka Budaya SWS Bandungrejo, Ngablak, Magelang, Jumat (18/8) hingga Sabtu (19/8).

Agenda ini diawali dengan prosesi memandikan kuda kepang di Rawa Pethi oleh seluruh peserta pada Jumat (18/8) pukul 21.00 WIB. Rawa Pethi merupakan tempat yang dipercayai memiliki daya magis.

Pada hari berikutnya, pukul 08.00-09.00 WIB, acara berlanjut dengan tradisi ambengan atau selamatan yang dipimpin kyai serta sesepuh adat agar pertunjukan berjalan lancar. Kemeriahan mulai terasa saat SWS menampilkan Tari Soreng andalannya diiringi gamelan yang ditabuh oleh warga desa.

Seluruh warga desa pun berbondong-bondong datang untuk menonton pertunjukan para penari SWS. Tak hanya Soreng, pertunjukan juga dimeriahkan Tari Warok, Kubra Dangdut (Brodut), dan Gedrug yang diperankan berbagai kalangan mulai usia anak hingga orang tua.

Meski hanya disiapkan dalam waktu satu bulan, SWS mampu tampil prima dan memukau para penonton. Maklum saja, sanggar seni yang telah berkiprah lebih dari separuh abad itu tak hanya tampil di daerah Magelang.

SWS bahkan pernah menjadi bintang tamu saat upacara 17 Agustus di Istana Negara pada 2019 di bawah asuhan Eko Supriyanto alias Eko Pece.

Salah satu penari SWS, Sulistyo (28), mengaku, ia dan rekan-rekan SWS merasa bangga dengan pengalaman tersebut.

”Kami juga pernah pentas kebudayaan membawakan Tari Soreng ke Jakarta, Bali, Surabaya,” kata Sulis dalam rilis yang diterima Gatra.com, Minggu (21/8).

Menurut dia, penampilan SWS di berbagai kota besar dan Istana Negara itu menjadi pengalaman sekaligus pembelajaran baru. Apalagi penampilan mereka bisa dilihat langsung oleh Presiden RI.

”Saya dan teman-teman bisa mengasah kreativitas, kemampuan sekaligus bangga tentunya, tarian kami bisa dilihat langsung Presiden Republik Indonesia. Kami juga berharap bisa mengembangkan sayap dan berkarya di kancah internasional,”ujarnya.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang juga pendamping SWS, Harji, mengatakan, Tari Soreng Bandungrejo sebagai kesenian rakyat. Menurut Harji, tari itu mempunyai keunikan yang dapat dilihat pada garap cerita, gerak tari, tata rias, tata busana, dan musik pengiringnya.

”Keunikan bentuk dan daya tarik itulah yang menjadi aset wisata Magelang,” katanya.

Harji menuturkan, hingga saat ini SWS menjadi laboratorium kesenian dan pusat konservasi kesenian Soreng karena warganya konsisten dalam gerak musik dan rasa. Ritus dan pagelaran tari itu juga mengisi salah satu lahan konservasi di wilayah Gerabag, Ngablak, Pakis.

Senada dengan Harji, Kepala Komite Seni Budaya Nasional Kabupaten Magelang, Mul Budi Santosa, mendukung pelestarian Soreng. ”Targetnya, Soreng bisa ditampilkan pada skala internasional di berbagai negara melalui lawatan kebudayaan,” urainya.

Sebagai langkah awal, ia menilai, misi kebudayaan bisa dimulai dari pementasan di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. ”Selain untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada negara luar, misi ini juga bisa menjadi pelajaran sekaligus pengalaman baru bagi para penarinya,” katanya.

 

 

180