Home Hiburan Bedhayan Bocah Bajang Ikuti Artjog, Pentas Tari Berbayar Pertama di Yogya demi Hargai Seniman Tari

Bedhayan Bocah Bajang Ikuti Artjog, Pentas Tari Berbayar Pertama di Yogya demi Hargai Seniman Tari

Bantul, Gatra.com – Diangkat dari novel ‘Anak Bajang Mengayun Bulan’ karya Sindhunata, sejumlah seniman tari Daerah Istimewa Yogyakarta merintis proyek pentas berbayar untuk pertama kalinya. Bertajuk ‘Bedhayan Bocah Bajang’, gelaran tari kontemporer ini akan berlangsung dua hari di dua tempat berbeda.

Disutradarai Bimo Wiwohatmo, pentas yang melibatkan 20 penari ini akan digelar pada Senin (17/10) di Laboratorium Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Rabu (19/10) di Taman Budaya Yogyakarta.

“Di tengah maraknya pementasan pentas tari gratis yang didanai Dana Keistimewaan, kegelisahan kami bermula dari ketiadaan penghargaan pada seniman tari yang sudah lama terjadi,” kata Bimo saat jumpa pers di ISI Yogyakarta, Minggu (16/10) malam.

Menurutnya, pentas ini menjadi proyek awal agar pertunjukan seni tari bisa mendapatkan penghargaan dari penonton seperti halnya penyelenggaraan pameran seni rupa Artjog yang meskipun berbayar mahal tetap banyak peminat. Pengunjung juga didominasi bukan dari kalangan seniman.

“Kita ingin meniru Artjog dari sisi manajemennya. Kami terus berharap pertunjukan seni tari bisa menjadi sebuah kebutuhan seperti halnya seni musik. Meskipun yang menonton tujuh orang, bagi kami itu tidak masalah,” kata pencipta tari Blekdidot ini.

Digarap selama delapan bulan lebih, tari ini akan mencoba menginterpretasikan isi novel yang berpusat pada tragedi kehidupan. Sindhunata, bagi Bimo, mampu memperlihatkan kompleksitas kehidupan dengan pilihan diksi, deskripsi, dan perumpamaan yang filosofis dalam novel tersebut.

Melalui pertunjukan selama satu jam ini, Bimo ingin memperlihatkan dan menekankan pada sisi kejiwaan yang dialami para tokoh di novel setebal 546 halaman itu.

“Kendala yang kami hadapi adalah bagaimana nantinya pertunjukkan ini mampu mendekati imajinasi penonton. Sehingga kami ingin menghadirkan jarak bagi penonton senyaman mungkin untuk bisa mempresentasikan semua gerak dan cerita,” jelasnya.

Bimo menyatakan, untuk bisa menonton ‘Bedhayan Bocah Bajang’, pihaknya menetapkan harga tiket masuk untuk tiga kelas mulai dari Rp30 ribu sampai Rp100 ribu.

Penata gerak dan musik, Gandung Djatmiko, melihat penyajian gerakan yang atraktif oleh penari sebagai penerjemahan filosofi tinggi yang disajikan dalam novel. Bahkan sampai saat ini gelaran ini belum mencapai kedalaman nilai seperti paparan Sindhunata.

“Kami mencoba menghadirkan sesuatu yang nakal. Bukan kelucuan, tetapi nakal dalam inovasi, kreativitas, serta sajian gerak dan musik. Kita ingin menghibur dan memberikan kesan mendalam pada penonton,” ungkapnya.

Sebagai pendukung, penata busana Nita Azhar menyatakan tantangan terberat dalam pentas ini adalah mengakomodasi konsep tari tradisional yang disajikan lewat tari kontemporer. Karenanya, dia mendesain kostum penari dengan warna-warna gradasi yang menyimbolkan kesederhanaan tapi tetap elegan.

227