Home Kesehatan Gangguan Ginjal Akut PenyebabnyaBberagam dan Terjadi di Berbagai Variasi Klinis

Gangguan Ginjal Akut PenyebabnyaBberagam dan Terjadi di Berbagai Variasi Klinis

Jakarta, Gatra.com – Divisi Nefrologi Departemen Anak FK-UI RSCM dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) menyatakan, gangguan ginjal akut saat ini menjadi permasalahan sangat serius, terutama penyakit tersebut sering terjadi kepada pasien balita, atau mulai dari usia 0-18 tahun.

“Gangguan ginjal akut merupakan kondisi klinis yang memikili konsekuensi berat, penyebabnya beragam dan timbul pada berbagai variasi klinis," terangnya, dalam Webinar Kesehatan Continuing Medical Education, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok, Jum’at (21/10).

dr Eka menambahkan, saat ini terapi AKI menjadi terbatas, dan menjadi buruk pada kasus yang terlambat didiagnosis. Selain itu intoksikasi ethylene glycol dapat micu AKI berat pada anak maupun dewasa.

Saat ini tercatat, angka kematian akibat gangguan ginjal akut misterius pada anak cukup tinggi. Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu merinci laporan angka kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak dari Januari hingga Oktober mencapai 206 kasus.

Sementara itu, angka kematian anak karena gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury) yang masih misterius penyebabnya, mencapai 99 kasus atau sekitar 45 persen dari kasus yang dilaporkan.

Per-Agustus 2022, riwayat klinis pasien didominasi oleh usia balita, anak sehat sebelumnya tanpa komorbiditas, didahului oleh riwayat demam, gejala saluran cerna, pernapasan - tanpa ada episode dehidrasi, memperoleh pengobatan simptomatik sebelumnya, saat datang ke RS rujukan dengan kondisi anuria.

“Definisi AKI sendiri merupakan penurunan mendadak laju filtrasi glomerulus yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin, serta penurunan volume urin.” Jelasnya.

Selanjutnya, Epidemiology pada AKI sendiri di US memiliki insidens 0.39% (10.322 pasien dari 2 juta lebih pasien anak yang masuk rawat. Untuk kondisi klinisnya sendiri yang meningkatkan risiko AKI adalah, Syok, sepsis, penyakit hati dan gangguan koagulasi. Adapun luarannya yaitu 15.3% angka mortalitas pada pasien AKI sementara yang non-AKI 0.6%.

dr. Eka juga menjabarkan bahwa prevalens AKI tinggi pada pasien di Uganda dengan gastroenteritis (28.6%) and underweight (20.7%). Ia juga melanjutkan bahwa 25% anak dengan AKI meninggal selama rawat inap, dibanding 9.9% tanpa AKI. Untuk prediktor kematian dalam perawatan kasus AKI adalah pneumonia, proteinura dan HIV positif.

Sedangkan di Bangladesh selama Januari-Desember 2015, 731 bayi masuk RS dengan masalah komplikasi terkait diare -> 146 pasien dengan kreatinine ->1.5 kali 130 pulih. Dehidrasi, Sepsis dan Hypernatremia berhubungan dengan kejadian AKI terkait diare, setelah dehidrasi dikoreksi, kreatinine yang persisten tinggi berhubungan dengan sepsis dan pneumonia. 

93