Home Regional Konversi BBM ke LPG, Menekan Biaya, Memudahkan Petani

Konversi BBM ke LPG, Menekan Biaya, Memudahkan Petani

Brebes, Gatra.com - Anomali cuaca membuat Darma (49), seorang petani di Desa Limbangan Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah kesulitan untuk mengairi sawahnya yang ditanami bawang merah meski sedang musim hujan. Pengeluaran selama masa tanam ikut membengkak.

Jika hujan tak turun selama beberapa hari, Darma harus menyedot air dari sungai menggunakan mesin pompa untuk mengairi sawah seluas seperempat hektar pada pagi atau sore hari. Pengoperasian mesin pompa itu membutuhkan BBM (bahan bakar minyak) pertalite.

"Jadi harus keluar biaya tambahan untuk beli BBM. Kalau tidak nyedot pakai mesin pompa, tidak ada air, tanaman bawang bisa mati dan gagal panen," kata Darma saat ditemui, Jumat (4/11).

Untungnya, sejak April 2022 lalu Darma memperoleh bantuan LPG 3 kg dan konverter kit dari program Konversi BBM ke LPG kerjasama Kementerian ESDM dan Pertamina yang menyasar petani di Kabupaten Brebes. Adanya program itu membuatnya tak lagi harus repot dan jauh-jauh ke SPBU untuk membeli BBM setiap kali harus menyedot air menggunakan mesin pompa, namun berganti menggunakan LPG 3 kg.

"Dulu pakai bensin, sekarang pakai LPG 3 kg. Saya tinggal pergi ke pangkalan LPG yang ada di desa," ujarnya.

Selain itu, dengan beralih menggunakan LPG, Darma juga bisa menekan biaya operasional selama masa tanam hingga panen. "Setelah pakai LPG 3 kg, manfaatnya selain jadi lebih mudah, juga bisa irit," tuturnya.

Saat belum menggunakan LPG 3 kg, satu liter BBM seharga Rp10.000 yang Darma beli hanya cukup untuk mengairi sawahnya selama satu jam. Sedangkan jika menggunakan satu tabung LPG 3 kg dengan harga Rp15.500, dia bisa mengairi sampai delapan jam.

"Kalau pakai LPG 3 kg, satu tabung bisa buat nyedot air selama delapan jam. Kalau pakai BBM, nyedot delapan jam ya harus beli BBM Rp80 ribu. Jadi lebih irit pakai LPG," ucap ayah tiga anak itu.

Darma mengungkapkan, sawah-sawah di desanya tergolong sulit untuk mendapatkan air jika tidak turun hujan. Sementara tanaman bawang merah pada awal-awal masa tanam membutuhkan air yang cukup banyak, terutama saat musim kemarau.

Dengan adanya program Konversi BBM ke LPG, Darma pun merasa terbantu. Di kala air sulit, dia bisa terus menghidupi sawahnya, begitu juga sebaliknya.

"Mayoritas petani di sini tanam bawang merah. Satu tahun bisa tiga kali panen. Kalau lagi bagus, seperempat hektar panennya sekitar dua ton. Hasil penjualan dari panen itu buat kebutuhan sehari-hari keluarga," ungkapnya.

Pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Sabas Prasetyo Desa Limbangan Kulon, Samsudin mengatakan, pangkalannya melayani 14 petani yang menjadi sasaran program Konversi BBM ke LPG. "Kami pangkalan khusus konversi, jadi khusus untuk petani yang menjadi sasaran program dan memiliki Kartu Tani," katanya, Jumat (4/11).

Dalam sebulan, Samsudin menyebut jumlah tabung LPG 3 kg yang terjual mencapai 125 tabung. Rata-rata, satu petani membutuhkan 8-9 tabung per bulan untuk keperluan mengairi sawah mereka.

"Harga LPG-nya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp15.500 per tabung," ujarnya.

Sales Branch Manager Rayon I Tegal Pertamina Mohammad Taufik Ridwan Lubis mengatakan, di Kabupaten Brebes, program Konversi BBM ke LPG yang dijalankan Kementerian ESDM bekerjasama dengan Pertamina hanya menyasar petani.

"Pada tahun ini, alokasi paket konversi yang disalurkan untuk petani sasaran di Brebes jumlahnya 1.400 paket. Kalau seluruh Indonesia, tahun ini ada 30 ribu paket konversi yang akan didistribusikan untuk petani dan nelayan sasaran dari November-Desember," katanya, Jumat (4/11).

Menurut Taufik, petani yang menjadi sasaran program konversi memperoleh bantuan konverter kit dari Kementerian ESDM untuk menunjang peralihan dari BBM ke LPG. Sedangkan Pertamina bertugas menyediakan LPG.

"Petani bisa mendapatkan LPG 3 kg di pangkalan-pangkalan LPG 3 kg khusus konversi dengan HET sesuai Pergub Tahun 2015, yakni Rp15.500 per tabung. Jumlah pangkalan konversi di Brebes ada sekitar 250," ujarnya.

Taufik menjelaskan, salah satu tujuan program Konversi BBM ke LPG yang pada 2022 memasuki tahun ketujuh pelaksanaan adalah untuk menekan anggaran subsidi BBM. "Subsidi ini kan dari APBN. Harapannya dengan lebih ditekan, subsidi BBM bisa dialihkan ke program lain yang lebih bermanfaat, seperti peningkatan kualitas pendidikan, dan infrastruktur," jelasnya.

Selain itu, konversi BBM ke LPG juga untuk memberikan kemudahan kepada petani dan nelayan yang menjadi sasaran. Dengan menggunakan LPG, petani maupun nelayan tak perlu lagi harus ke SPBU untuk membeli BBM dengan membawa surat rekomendasi dari instansi terkait.

"Ketika dikonversi ke LPG dan sudah ada pangkalan yang ditunjuk, itu akan lebih memudahkan dalam pembeliannya. Jadi akses dibuat lebih mudah dan juga bisa lebih menekan biaya operasional, bisa lebih hemat," jelas Taufik.

Taufik mengatakan, sebagai pelaksana dalam program Konversi BBM ke LPG, Pertamina menjamin stok LPG di lembaga penyalur resmi sampai di tingkat pangkalan selalu tersedia. "Sehingga tidak terjadi kekosongan ketika petani mau membeli LPG 3 kg untuk pengairan sawah mereka," tandasnya.

310