Home Nasional Perpusnas Genjot Program TPBIS untuk Sejahterakan Masyarakat Termarjinalkan

Perpusnas Genjot Program TPBIS untuk Sejahterakan Masyarakat Termarjinalkan

Jakarta, Garta.com – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengatakan, pihaknya terus gencar menggenjot program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), menyasar masyarakat termarjinalkan.

Syarif dalam talkshow bertajuk “Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) Mendukung UMKM” pada Sabtu (17/12), mengatakan, sasarannya yakni masyarakat miskin di daerah kumuh dan miskin, petani dan petambak kecil, buruh, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), hingga ibu-ibu rumah tangga.

Tujuannya, lanjut dia, membentuk sumber daya manusia (SDM) unggul dalam teknologi, memiliki inovasi, dan kreativitas. Masyarakat mendapat pelatihan untuk meningkatkan skill melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka.

Baca Juga: CDNLAO ke-28 Indonesia, Presiden IFLA: Perpusnas Tanggung Jawab Dokumentasikan Sejarah

Menurutnya, pelatihan terhadap masyarakat kalangan tersebut sangat penting. Mereka miskin karena empat faktor, yakni kurangnya menguasai ilmu pengetahuan, minim inovasi dan kreativitas, tidak punya akses pada sumber permodalan, dan kultur banyak bertutur daripada membaca.

Ia mengungkapkan, untuk meningkatkan skill, perpustakaan menyediakan berbagai buku ilmu terapan. Untuk perdesaan, Perpusnas mengharapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa berkolaborasi, sehigga masyarakat bisa secara mudah menciptakan barang dan jasa.

Terkait itu, Perpusnas melalu program TPBIS tidak ?memandu masyarakat untuk memilih keahlian tertentu, tetapi menyesuaikan dengan pilihan dan potensi yang dimiliki mereka.

“Kami akan berkontribusi untuk mengoptimalkan dengan seluruh kemampuan untuk memfasilitasi sumber informasi yang relevan,” katanya.

Ia menjelaskan, program TPBIS ini dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten atau kota hingga desa atau kelurahan sehinga masyarakat lebih mudah mengakeses sesuai dengan tempat tinggalnya.

Sejak 2018-2022, program TPBIS telah melaksanakan pendampingan ke 34 provinsi, 399 kabupaten atau kota, dan 3.535 desa atau kelurahan, melaksanakan bimbingan teknis kepada 1.804 staf perpustakaan daerah dan 2.196 pengelola perpustakaan desa, serta melatih 79 master trainer dan 415 fasilitator daerah.

?Selama empat tahun berjalan, program TPBIS telah menyentuh sebanyak 2.133.918 anggota masyarakat, yang mengikuti 85.776 kegiatan pelibatan masyarakat di perpustakaan. Sudah banyak masyarakat yang merasakan manfaat positif program ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka.

Menurut Syarif, Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah namun belum dikelola secara optimal. Masyarakat perlu dibekali inovasi dan kreativitas serta aksesibilitas digital untuk meningkatkan pengetahuannya.

Sedangkan untuk permodalan, kata Syarif, pemerintah sudah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sangat besar. Hanya saja masyarakat tidak bisa mengakses karena minimnya skill untuk membuat barang atau jasa.

Baca Juga: Wujudkan Masyarakat Literat, Perpusnas dan Media Dorong Budaya Serap Pengetahuan

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Akmal Malik, mengatakan, literasi berbasis inklusi memang sangat dibutuhkan masyarakat di perdesaan. Menurutnya, ini merupakan pilihan tepat dalam mengembangkan skill bagi petani, nelayan hingga ibu rumah tangga.

Ia menyampaikan, masyarakat harus dididik bagaimana memanfatkan dan mengolah sumber daya yang dimiliki, misalnya masyarakat di pesisir dapat mengolah buah kelapa, misalnya memanfaatkan sabut, batok, dan bagian lainnya menjadi punya nilai tambah.

”Literasi bisa mendoromg agar bisa produktif. Tentu harus ada akses untuk mencapai hal itu,” katanya. 

173