Home Hiburan Waktu Ku Kecil, Tidak Besar: Sebuah Satir Tentang Keteraturan

Waktu Ku Kecil, Tidak Besar: Sebuah Satir Tentang Keteraturan

Jakarta, Gatra.com - Komunitas Salihara menggelar pertunjukan tari “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar” pada Sabtu, 10 Juni 2023 dan Minggu, 11 Juni 2023. Pertunjukan ini merupakan bagian dari program Helatari 2023.

Pertunjukan “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar” adalah karya tari dari Koreografer Annastasya Verina (Surakarta). Karya ini memperlihatkan bagaimana gagasan pekarya mengkoreografi pertunjukan sebagai perluasan atas praktik koreografi normatif.

Pertunjukan dimulai dengan sembilan orang penari, menggunakan pakaian hitam putih, yang berbaris teratur ala pasukan. Mereka kemudian mempraktikan beragam gerakan yang kita kenal dalam teknik baris-berbaris. Mulai dari posisi siap, lencang kanan, hingga periksa kerapihan.

Baca Juga: Gugatan pada Penyeragaman oleh “Budi Bermain Boal” Membuka Helatari 2023

Masuk ke adegan selanjutnya, pasukan baris berbaris ini kemudian mulai menampilkan gerakan formasi. Mereka berbaris dalam pola ritmik yang rapi dan teratur. Masing-masing personil memahami bagaimana mereka harus bergerak dalam formasinya untuk menampilkan struktur gerakan yang ajeg.

Hingga pada suatu waktu, seorang personil mulai terpancing untuk keluar dari pakem yang ada. Dia juga mengganggu personil lainnya dan jadinya mengacaukan semua gerakan yang terbangun sebelumnya.

Adegan dalam Waktu Ku Kecil, Tidak Besar (Gatra/Eva Agriana Ali)
Adegan dalam Waktu Ku Kecil, Tidak Besar (Gatra/Eva Agriana Ali)

Pasukan tercerai berai, orang-orang saling bertabrakan. Salah satu dari mereka mencoba membuka pakaian hitam-putihnya untuk kemudian berganti dengan dress motif bunga-bunga. Panggung yang tadinya sunyi -hanya terisi oleh teriakan komandan pasukan- kemudian riuh oleh nyanyian 'Waktu Ku Kecil, Tidak Besar'.

Seketika keadaan panggung menjadi kacau. Para penari joget-joget tak karuan. Kasur, meja, hingga tumpahan tepung terigu dan telur memenuhi seisi panggung. Para penari mengguyur badan dengan seember air dan minuman cola. Motor bebek Yamaha V80 mengelilingi panggung, dikendarai bonceng tiga.

Annastasya Verina mengatakan bahwa karya ini sebenarnya dibuat dengan maksud untuk menyentil norma yang ada di keluarga. Tentang masa kecil di mana kita diharuskan untuk menjadi rapi dan teratur.

“Permasalahan ini berawal ketika aku masuk ke kesenian, banyak penolakan dari keluarga karena adanya konstruksi dari pemikiran dekat dengan kehidupan yang rusak. Aku melihat sebagai satu penyudutan," kata Verina saat ditemui di Komunitas Salihara seusai pertunjukan.

Adegan dalam Waktu Ku Kecil, Tidak Besar (Gatra/Eva Agriana Ali)
Adegan dalam Waktu Ku Kecil, Tidak Besar (Gatra/Eva Agriana Ali)

Waktu Ku Kecil, Tidak Besar secara berani mempertunjukan kualitas gerak yang bukan berangkat dari teknik tari secara umum–yaitu baris-berbaris (PBB), hingga pilihan pendekatan artistik yang diambilnya.

Karya ini lantas memainkan ketegangan antara realita sosial dan dramaturgi panggung yang memberi kesempatan bagi penonton untuk menafsir secara luas. "Di sini aku mau menggambarkan realita. Selama masih ada norma, pasti ada penyimpangan," katanya.

Karya ini mengajak untuk merefleksikan kembali norma-norma, serta membuka ruang dialog dan pemikiran kritis tentang asal-usul, implikasi, dan relevansi norma-norma dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan PBB sebagai konsep pertunjukan dipilih sebagai alat untuk mengeksplorasi dalam penyampaian dan perbincangan mengenai “norma” selama pertunjukan.

309