Home Gaya Hidup Dialog Tubuh dan Kursi dalam Performa Kinestetik Membuka Road to Artjog 2024

Dialog Tubuh dan Kursi dalam Performa Kinestetik Membuka Road to Artjog 2024

Jakarta, Gatra.com - Artjog mampir ke Jakarta. Helatan pameran tahunan seni rupa yang digelar di Jakarta ini, untuk pertama kalinya, menyapa publik seni rupa Jakarta. Di Galeri Salihara, Pasar Minggu, sapaan ini hadir dalam bentuk pameran “Performa Kinestetik” sebagai bagian dari program Road to Artjog 2024.

“Performa Kinestetik”menghadirkan presentasi karya dari Zulfian Amrullah, seorang arsitek, perupa, dan pengarah artistik. Setelah banyak berkarya dengan bentuk dan fungsi kursi, kali ini Zulfian mengeksplorasi berbagai persepsi indrawi, pengadeganan, dan gerakan, sekaligus bereksperimen terhadap peluang narasi yang terus dibangun dari sebuah peristiwa seni.

Baca Juga: Lamaran di ARTJOG 2023: Dampak Ekonomi Triliunan dan Seni yang Berlari Usai Pandemi

Jadilah satu ruangan yang penuh dengan aneka kursi, beragam bentuk, dalam formasi instalasi yang masif. Dialog atas pengalaman tubuh dalam karya instalasi masif ini juga diperkuat lewat pertunjukan tari yang dibawakan oleh Siska Aprisia, penari dan koreografer asal Sumatera Barat yang sudah kerap berkolaborasi lintas disiplin.

Dua hari pertunjukan, Sabtu dan Minggu (20-21 April 2024) dianggap cukup bagi Road to Artjog 2024 menyapa publik Jakarta. Adapun pamerannya akan berlangsung hingga 30 April 2024.

Penampilan Siska Aprisia di Performa Kinestetik (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Pada pemeran kali ini, melalui karya instalasi kursi Zulfian mencoba mengutak-atik bentuk kursi yang dilekatkan dengan tubuh manusia. Melalui proses berkarya yang telah dijalani selama 10 tahun terakhir dengan obyek kursi, Zulfian ingin menghadirkan bentuk lain dari kursi yang menyerupai manusia tanpa wajah.

“Karena kursi tidak punya wajah, saya menghilangkan ekspresi itu. Jadi ekspresinya dari bentuk kursi. Sisi imajinasinya di situ ada gerak terbatas tapi ada kemampuan tubuh kursi yang saya utak-atik. Mencoba memantulkan apa yang biasanya dilakukan oleh manusia,” tambah Zulfian.

Sekilas tentang Artjog, Artjog 2024 akan berlangsung selama 65 hari pada 28 Juni–1 September 2024 di Yogyakarta. Pada tahun ini, tema yang diambil adalah Motif: Ramalan. Pameran ini menghadirkan program baru dengan menghadirkan Road to Artjog. Road to Artjog yang menjadi program pra pameran.

Baca Juga: Terinspirasi ARTJOG, Ini Alasan Pameran Seni artina Sarinah Digelar

“Road to Artjog ditujukan untuk menjemput bola, kami ingin menyapa lebih banyak orang. Menurut kami, masih banyak yang belum tahu atau ingin terlibat tapi kurang dekat dengan Artjog. Kami ingin keluar kandang, menuju Jakarta. Supaya lebih dekat,” kata CEO Artjog Heri Pemad di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu, (20/4).

Menurut Pemad, meski Artjog telah berusia 17 tahun, tapi Artjog bahkan belum masuk dalam kategori remaja. Mungkin Artjog sedang nakal-nakalnya, sedang ngeyel-ngeyelnya tapi belum merasa mapan. Lebih lanjut Pemad mengatakan, kalau kita bicara ekosistem seni rupa, keberadaan seni rupa di Indonesia belum seglamour keadaan dalam dunia film atau musik.

Pembukaan pameran Performa Kinestetik bagian dari Road to Artjog 2024 (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Dari sinilah Pemad mengatur strategi dan temanya, bagaimana caranya agar Artjog bisa dialami semua orang, tanpa terkecuali, dan tidak berjarak dengan siapapun. Sehingga Artjog menjadi sebuah kebutuhan. Karena toh, katanya, kehidupan juga mengandung semua unsur seni.

“Intinya kita menampung semua gagasan kreatif siapapun, bahkan musik hingga workshop ada di Artjog. Tugas kurator ada di sini, untuk membungkus Artjog menjadi lebih berisi" kata Pemad.

Sejak 2022, Artjog juga telah melibatkan anak-anak dan teman difabel tidak hanya sebagai pengunjung, tapi juga partisipan pameran dan program lainnya. Menyambung keberlanjutan dari gelaran sebelumnya, Artjog akan kembali menghadirkan program-program pendukung seperti Young Artist Award, ARTJOG Kids, performa ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Artcare, serta Jogja Art Weeks.

71