Home Ekonomi Swa Hadirkan Jawara Indonesia Best Business Transformation 2023

Swa Hadirkan Jawara Indonesia Best Business Transformation 2023

Jakarta, Gatra.com- Majalah SWA kembali menghadirkan program ‘Indonesia Best Business Transformation’ (IBBT). Tujuannya untuk menggali, mendorong, dan mengapresiasi langkah-langkah transformasi bisnis yang digelar dunia korporasi di Tanah Air.

Ada 18 perusahaan di Indonesia yang berpartisipasi dalam IBBT 2023. Mereka dari kalangan korporasi swasta, BUMN, anak perusahaan BUMN, multinasional dan lainnya.

Di korporasi swasta ada PT Sasa Inti, PT Nusa Selaras Indonesia (Nu Skin), Great Giant Foods, PT Blue Bird Tbk. PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk dan AXA Financial Indonesia.

Baca juga: Ini Dia Perempuan di Pucuk Pimpinan Versi Swa Group

Ada juga BUMN dan anak usaha BUMN yang sangat antusias, seperti PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT Pelindo (Persero), PT DAHANA, dan PT Elnusa Tbk.

“Para peserta itu mempresentasikan tranformasi yang dijalankan perusahaan masing-masing di hadapan para juri. Tim juri  independen terdiri dari kalangan ahli dan praktisi senior bidang manajemen," Chief Editor SWA Media Group, Kemal E. Gani dalam webinarnya di Jakarta, Rabu (30/08).

Para juri tersebut adalah pakar manajemen dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Toto Pranoto yang pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Management UI.  Ada pula Elia Massa Manik, CEO Pertamina (2017-2018) dan Milawarma, CEO Bukit Asam (2011-2016).
Menurut juri, rata-rata peserta Indonesia Best Business Transformation 2023 benar-benar melakukan transformasi bisnis sesuai dengan tantangan bisnis yang sedang dihadapi.

“Transformasi yang mereka lakukan memang sangat berarti bagi pengembangan korporasi mereka,” ungkap Elia Massa Manik, juri yang berpengalaman melakukan transformasi di sejumlah BUMN dan korporasi swasta.

Baca juga: SWA dan Business Digest Apresiasi Perusahaan dan Brand yang Sukses Jalankan Costumer Engagement

Juri Milawarma menilai domain dan motivasi transformasi korporasi yang menjadi peserta cukup beragam. Ada yang melakukan transformasi arah dan visi bisnis atau transformasi model bisnis.

Ada yang melakukan transformasi proses bisnis dan human capital. Ada juga yang sekaligus transformasi bisnis dan proses bisnis.

“Secara umum disrupsi seperti tuntutan digitalisasi, pandemi, serta karakter pasar dan pelanggan yang berubah telah menjadi alasan terbesar yang mendorong perusahaan-perusahaan itu melakukan transformasi. Jadi, ada yang terpaksa bertransformasi, ada pula yang karena kesadaran penuh ingin bertransformasi,” tegas Milawarma.

Toto Pranoto, pakar manajemen dari UI yang juga menjadi juri pun melihat beberapa peserta sudah menunjukkan kinerja cemerlang dalam transformasi bisnis yang dilakukan.  Bahkan, mayoritas peserta sudah dalam jalur on track dalam transformasi.

Dan bagian paling menonjol dalam transformasi bisnis yang dilakukan terutama pada sisi transformasi digital. Perusahaan yang berhasil dalam transformasi bisnis, dalam kaca mata Toto disebabkan oleh perusahaan tersebut memiliki clear vision, visi dan arah masa depan yang jelas.

Selain itu, punya strong leadership, yang mana korporasi punya CEO atau pendiri yang mampu memberikan inspirasi sekaligus melakukan fungsi strategic and execution yang baik. Juga, memiliki agility dan ambidextrous atau kemampuan beradaptasi dan merespons tingginya dinamika bisnis meskipun birokrasi mereka sudah sangat besar.

“Ini menjadi kunci perusahaan tetap bisa kompetitif dengan munculnya inovasi dan ide-ide kreatif baru di tengah lingkungan korporasi yang organisasinya sudah besar,” tegas Toto.

Elia Massa berpendapat, transformasi yang dilakukan perusahaan memang perlu dibedakan mana yang proses turn-around dan mana yang bukan turn-around. Turn-around dilakukan saat perusahaan sudah mulai bermasalah, cash flow-nya bermasalah.

“Dari 18 peserta tahun ini, yang melakukan turn-around hanya dua perusahaan, yakni Dahana dan Taspen Life (ada masalah hukum). Mereka melakukan rombakan besar-besaran. Sementara sisanya melakukan perubahaan di saat finansial mereka masih sehat,” ungkapnya menggaribawahi.

Elia Massa menyebut perusahaan juga harus mempersiapkan bagaiman next bisnisnya. Seperti Axa, setelah pandemi dan masuknya CEO baru dari luar, mereka sudah mulai membaik.

"Tapi, setelah itu, akan melakukan apa? Juga Blue Bird yang berhasil mempertahankan prinsip service-nya dan bangkit kembali dengan bantuan transformasi digitalnya, next-nya apakah mereka ke transportasi air seperti perkapalan atau transportasi udara?” kata Elia Massa mempertanyakan.

Ke depan, inovasi berkelanjutan juga mesti dilakukan perusahaan-perusahan agar terjaga kepentingan jangka panjang. Ini agar perusahaan tidak kehilangan pasar karena next generation akan datang di zamannya. Jangan sampai sudah mau bangkrut baru  Perusahaan mau berubah, maka akan sulit.

Baca juga: SWA dan Business Digest Apresiasi Perusahaan dan Brand yang Sukses Jalankan Costumer Engagement

Milawarma menyampaikan, dari paparan peserta dan pengalaman manajemen yang dia jalani, problem transformasi bisnis adalah pada tahapan identifikasi, desain strategi, dan eksekusi strategi.

“Kunci utama pada perusahaan yang berhasil dalam transformasi bisnis adalah keterlibatan (engagement) dari semua lini, vertikal dan horizontal. Strategi transformasi menjadi buy-in di seluruh lini dan terjadi alignment yang harmonis tanpa atau sedikit hambatan internal,” katanya.

Bagi Milawarma, peserta dari beberapa perusahaan belum memiliki desain dan strategi transformasi yang buy-in. “Tahapannya baru menjadi komitmen di top level. Jadi, level eksekutornya masih kurang merasa memiliki,” tegas dia.

240