Home Kesehatan Yuk, Kenali Kanker Kelenjar Getah Bening, Waspadai dan Tangani Secara Tepat

Yuk, Kenali Kanker Kelenjar Getah Bening, Waspadai dan Tangani Secara Tepat

Jakarta, Gatra.com – Menyambut Hari Peduli Limfoma Sedunia, Mayapada Hospital mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih waspada terhadap penyakit limfoma atau yang dikenal sebagai kanker kelenjar getah bening. Edukasi tersebut diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap gejala ini dengan penanganan teknologi canggih dan terkini untuk limfoma. Limfoma merupakan jenis kanker darah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, tidak seperti leukemia yang sudah dikenal umum.

Kanker kelenjar getah bening atau limfoma adalah kanker darah yang dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Limfoma biasanya ditemukan pada orang dewasa usia 60 tahun ke atas, di mana kasus pada pria lebih banyak daripada wanita.

Ilustrasi Kelenjar Getah Bening (Doc. Mayapada Hospital)

Limfoma berawal ketika sel kanker menyerang salah satu sel darah putih (limfosit) yang berfungsi melawan infeksi. Secara garis besar, limfoma dibagi menjadi dua jenis. Yaitu, limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin (NHL) dengan setidaknya terdapat lebih dari 70 tipe limfoma di mana jenis NHL lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Perbedaan utamanya adalah pada jenis sel limfosit yang diserang kanker.

Gejala atau tanda dari limfoma bermacam-macam, tergantung pada jenis dan lokasi limfoma yang ada di dalam tubuh. Tanda atau gejala yang kerap terjadi adalah timbulnya benjolan di beberapa bagian tubuh, seperti leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut muncul akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Beberapa gejala lainnya yang ditemui dapat berupa demam dan keringat berlebih di malam hari, berat badan turun 10% selama enam bulan tanpa sebab yang jelas, perut membesar dan merasa kenyang walau hanya makan sedikit, nyeri dada disertai sesak napas atau batuk, sering infeksi, dan mudah memar atau berdarah. Namun faktanya, terkadang kanker ini tidak menimbulkan gejala apa pun sampai sel kanker tumbuh cukup besar.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Dr. dr. Hilman Tadjoedin, Sp.PD KHOM menjelaskan, limfoma merupakan penyakit yang serius dan dapat menyebar ke bagian lain pada sistem getah bening jika tidak diobati.

“Padahal, getah bening memiliki fungsi yang vital terhadap sistem imun seseorang. Adanya benjolan kecil di leher atau ketiak yang tidak kunjung hilang bisa menjadi tanda sehingga jika seseorang mengalami salah satu gejala tersebut, sebaiknya segera periksa ke dokter,” kata dr. Hilman dalam diskusi virtual yang berlangsung pada Kamis (14/9).

Diskusi Virtual Mengenal Kanker Kelenjar Getah Bening (Istimewa)

Dr. Hilman mengatakan, semakin dini limfoma terdeteksi, maka akan memberikan harapan bagi seseorang untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih cepat, tepat, dan efektif. Limfoma sendiri dapat didiagnosis dengan cara biopsi sebagai Gold Standard Diagnosis. Biopsi yaitu mengambil sebagian, atau umumnya seluruh kelenjar getah bening untuk diperiksa apakah ada sel kanker pada kelenjar.

Prosedur biopsi dilakukan oleh dokter spesialis bedah onkologi. Selain itu, pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan radiologi seperti CT-Scan, MRI, X-Ray, pemeriksaan darah, pemeriksaan sumsum tulang, dan tes lainnya. “Penentuan diagnosis yang tepat di awal, terutama untuk jenis limfoma apa, akan sangat menentukan pilihan terapi yang berdampak juga pada keberhasilan terapi,” ujar Hilman.

Terapi atau pengobatan untuk limfoma sangat beragam, tergantung dari jenis limfoma yang diderita, sehingga penentuan jenis limfoma sedini mungkin enjadi salah satu kunci keberhasilan terapi. Umumnya, pengobatan limfoma terdiri dari kombinasi antara beberapa golongan pengobatan yang dapat berupa kemoterapi, imunoterapi, terapi target, radioterapi, sampai transplantasi/cangkok sumsum tulang.

Kemoterapi merupakan teknik untuk membunuh sel kanker yang cepat tumbuh dan beberapa sel normal. Imunoterapi adalah teknik untuk membantu sistem imun tubuh dalam membunuh sel kanker. Sementara, terapi target digunakan dengan mentargetkan protein yang berperan dalam pertumbuhan kanker.

Misalnya untuk limfoma NHL, jenis terapi yang dilakukan dikenal sebagai R-CHOP, yakni terapi yang terdiri dari 3 (tiga) jenis kemoterapi yang dikombinasikan dengan terapi target dan steroid. Walaupun tidak bisa disamaratakan, secara umum 89% pasien Limfoma Hodgkin dan 74% penderita Limfoma Non-Hodgkin masih hidup lima tahun setelah diagnosis.

Dr. Hilman menerangkan, seiring semakin majunya pengobatan untuk kanker, kini sudah terdapat terapi penanganan yang dapat langsung menargetkan protein penyebab berkembangnya limfoma sehingga terapi ini mampu meminimalisir kerusakan sel sehat. “Imunoterapi, sebagai salah satu jenis terapi kanker dapat membantu sel imun tubuh melawan kanker sehingga imunoterapi menjadi harapan baru untuk penanganan limfoma,” katanya.

Kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit limfoma penting untuk ditingkatkan bersama agar siapa pun dapat mengenali penyakit ini sedini mungkin. Seiring semakin majunya pengobatan untuk kanker, kini sudah terdapat terapi yang lebih maju dan spesifik sehingga menjadi harapan baru untuk pasien kanker.

Penanganan pasien kanker sendiri membutuhkan kerja sama tim dokter multidisiplin dan fasilitas kesehatan yang komprehensif dan terpadu guna mendukung treatment yang dibutuhkan pasien. Karena itu, Mayapada Hospital melalui layanan terpadu untuk penanganan kanker bernama Oncology Center, menghadirkan para dokter multidisiplin bersama tim medis terkait serta fasilitas dan peralatan medis terkini untuk menangani limfoma dan berbagai jenis kanker secara komprehensif dan terpadu.

132