Home Kesehatan Menkes: Setiap 20 Menit 1 Orang Meninggal Karena TBC

Menkes: Setiap 20 Menit 1 Orang Meninggal Karena TBC

Jakarta, Gatra.com– Pada tahun 2022 Indonesia merupakan negara kedua dengan kasus TBC tertinggi di dunia, setelah India. Terdapat 969 ribu kasus TBC di Indonesia, dan sekitar 73 persen diantaranya menyerang masyarakat usia produktif.

“TBC ini merupakan penyakit yang sudah ada dari ribuan tahun yang lalu. Ini penyakit menular dan sudah  bertahun-tahun belum bisa kita kendalikan," kata Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin  saat menyampaikan key note speech dalam pembukaan The SDGs National Seminar Series di Jakarta, Senin (2/10).

Budi memaparkan, selama 200 tahun terakhir ini sekitar 1 milyar manusia di dunia meninggal karena TBC. Setiap 20 menit manusia di dunia meninggal karena TBC. Baca juga: Kemenkes Dorong Nakes Swasta Tingkatkan Penanggulangan Penyakit TBC

"Hal yang paling penting untuk kita lakukan, yaitu edukasi atau promosi kesehatan agar  masyarakat bisa lebih menyadari betapa bahayanya TBC,” ujar Budi dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (2/10).

Selain edukasi, Budi mengungkap pemerintah juga sudah melakukan beberapa langkah lanjutan salah satunya terus menjalankan development vaksin TBC yang akurasi dan efektivitasnya lebih tinggi dalam mencegah dan penanggulangan TBC.

“Kami sedang melakukan development vaksin salah satunya dengan yang bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation. Kami harap vaksin TBC yang nanti akan datang, bisa lebih efektif menekan angka penyebaran dan infeksi TBC," tegas Budi.

Menurutnya hal ini penting dilakukan. "Ini tanggung jawab kita kepada generasi selanjutnya. Karena kalau tidak segera kita eliminasi, maka TBC ini akan mengancam produktivitas generasi mendatang. Kita akan terjebak di dalam middle income,” lanjut Budi.

Baca juga: USAID Umumkan “USAID BEBAS TB” untuk Percepat Eliminasi TBC

Direktur Eksekutif Bakrie Untuk Negeri, Aninditha Anestya Bakrie juga menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan ini, yang ditujukan dapat menjadi wadah advokasi untuk isu-isu yang akan menjadi target capaian tujuan berkelanjutan.

“Seminar nasional ini akan kembali dapat memberikan manfaat yang signifikan, dalam membantu memecahkan persoalan yang menjadi urgensi nasional sehingga dapat mempercepat pencapaian target Sustainability Development Goals (SDGs). Semoga kegiatan ini akan terus kami laksanakan di tahun-tahun yang akan datang untuk menciptakan forum diskusi dan advokasi dalam rangka mengawal isu-isu strategis terkait sustainability,” jelas Aninditha.

78