Home Milenial Pemilih Muda Dominasi Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diharapkan Tak Masuk Pusaran Politik Identitas

Pemilih Muda Dominasi Pemilu 2024, Milenial dan Gen Z Diharapkan Tak Masuk Pusaran Politik Identitas

Sleman, Gatra.com - Generasi muda diharapkan dapat menerapkan sikap toleran, damai, dan berpikir kritis di tengah perbedaan dan eksklusivitas beragama yang menguat dewasa ini. Apalagi menjelang Pemilu 2024, ketika generasi muda yang menjadi mayoritas pemilih masih dibayangi oleh praktik politik identitas yang mengancam keutuhan bangsa.

Hal ini mengemuka dalam jumpa pers Salaam Summit 2023 di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Agenda ini memberi pelatihan kepemimpinan berbasis toleransi dan moderasi dalam beragama untuk anak muda.

"Kita hidup di tengah perbedaan. cara pandang kita dalam menyikapi perbedaan menjadi penting. Kalau kemudian muncul politik identitas, identitas seperti apa yang dijadikan nilai atau norma dalam membangun konsensus dalam politik," kata Menteri Agama 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin.

Menurut Lukman, identitas tersebut semestinya adalah identitas yang mengikat kemajemukan, bukan identitas yang mempertentangkan dan memecah belah warga bangsa seperti soal suku dan agama.

"Identitas dalam konteks di Indonesia yang menyatukan kita adalah identitas kebangsaan yakni Pancasila. Maka nilai-nilai dalam Pancasila itulah yang harus diusung," ujarnya.

Ia pun berharap generasi tetap berpikir kritis dan memiliki kepedulian tinggi terhadap toleransi beragama. Islam wasatiyah juga terus dikenalkan dan diterapkan pada generasi muda. "Anak muda sangat potensial untuk itu dan mereka harus didampingi," katanya.

Pegiat toleransi beragama Kalis Mardiasih menjelaskan, menurut riset, kondisi Islam di Indonesia makin homogen. Salah satu indikasinya adalah munculnya kantong-kantong masyarakat yang mendukung keseragaman dalam beragama, misalnya di sekolah, perumahan, bahkan minimarket berbasis agama Islam aliran tertentu.

"Generasi muda hari ini pandangan keagamaannya indikasinya makin tetutup, takut pada yang berbeda. Padahal sekarang era informasi yang serba terbuka," ujarnya.

Mengutip riset Setara Institute pada Juli 2023, Kalis menjelaskan, secara umum generasi muda menyatakan dapat hidup berdampingan dengan orang yang berbeda agama.

"Namun ketika ditanya dengan pertanyaan yang lebih detail, seperti soal pemimpin yang berbeda agama, mereka yang tidak mau jumlahnya lumayan tinggi, sampai 30 persen. Meski persentasenya lebih kecil dari yang setuju, ini tanda bahwa ini tidak baik-baik saja," papar dia.

Kalis menyatakan, sesuai riset pula, perspektif beragama generasi muda masih mengikuti pandangan orang tua. "Pengetahuan agama gen Z itu dari orang tua lalu guru agama yang direkomendasikan orang tua, bukan dari medsos," tuturnya.

Abie Zaidannas Suhud, Program Director of Indika Foundation selaku penyelenggara menjelaskan, Salaam Summit 2023 merupakan program nasional yang aktivitasnya berupa pelatihan kepemimpinan bagi 100 muslim muda berusia 17 - 24 tahun.

"Muslim muda ini dilatih agar mampu menerapkan perilaku damai serta memimpin berlandaskan Islam Wasathiyah, tasamuh atau toleransi, ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan mantiq atau cara berpikir kritis," ujarnya.

Program pelatihan digelar melalui serangkaian pertemuan di Yogyakarta. "Lima peserta terbaik dalam Salaam Summit akan mendapat dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.

166