Home Nasional Ary Ginanjar Paparkan Penguatan Budaya Kerja BerAKHLAK untuk Selesaikan Berbagai Isu di KPPPA

Ary Ginanjar Paparkan Penguatan Budaya Kerja BerAKHLAK untuk Selesaikan Berbagai Isu di KPPPA

Jakarta, Gatra.com - Founder ESQ Group, Ary Ginanjar Agustian memberikan penguatan budaya kerja BerAKHLAK untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan isu yang menjadi tugas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).

Hal itu ia lakukan saat melaunching Budaya Kerja ASN BerAKHLAK dan Employer Branding Bangga Melayani Bangsa di Lingkungan KPPPA, di Jakarta, minggu lalu.

“Yang perlu kita ketahui adalah tantangan di luar sana yang dihadapi yakni isu-isu, kemudian kita ketahui apa yang menjadi solusi mendasar yang dapat diselesaikan dengan berbagai inovasi terbaru, kemudian juga budaya kerja yang perlu dijaga," katanya dalam keterangan yang diterima pada Senin (30/10).

Ary menyebut bahwa pada 3 Oktober 2023, BerAKHLAK resmi masuk di UU ASN Sehingga, KPPPA juga turut serta mengambil porsi untuk menjadikan BerAKHLAK sebagai core values dalam kementerian.

Ia mengatakan bahwa KPPPA merupakan kementerian yang tidak besar terhitung dari jumlah SDM di dalamnya, namun isu yang harus dihadapi sangatlah banyak. Sehingga apresiasi besar Ary berikan kepada KPPPA yang disebutkan memiliki sifat agility.

“Banyak sekali permasalahan ini refleksi dari hari anak Indonesia yang mana banyaknya masalah mental yang datang dari keluarga. Ini menjadi isu yang perlu diperhatikan. KPPPA ini SDM-nya sedikit, namun isu sangat banyak. Maka, kementerian ini memiliki mental agility, change agility, learning agility, people agility, dan result agility yang diharapkan Pak Presiden," imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa banyaknya kekerasan anak terjadi, karena orang tua tidak mengetahui apa DNA anaknya, yaitu talenta yang dibawa sejak lahir.

“Untuk penurunan kekerasan pada anak, caranya adalah setiap orang tua harus tau DNA talenta anak-anaknya. Silakan KPPPA coba 1.000 rumah, lihat apa yang terjadi ketika orang tua mengerti DNA talenta anaknya, apakah kekerasan akan tetap terjadi? Atau berkurang," saran Ary.

Isu berikutnya, lanjut Ary, KPPPA menginginkan pemberdayaan perempuan salah satunya dengan istri yang bisa berdaya dan memiliki pendapatan sendiri yang bisa diperoleh melalui bisnis. Namun harus diketahui bidang bisnis yang cocok untuknya.

“Jika semua istri sudah tau apa TalentDNA-nya, maka mudah pula untuk menentukan bisnis apa yang harus digeluti, di bidang apa. Sehingga, ini akan kita turunkan angka perceraian, kita majukan pemberdayaan perempuan, turunkan kekerasan pada anak, ibu-ibu akan punya pekerjaan sesuai dengan talentanya," ujarnya.

Diketahui, dari hasil cek kesehatan budaya kerja yang telah dilakukan survei di KPPPA, 400 peserta hadir baik online dan offline untuk mendukung implementasi budaya kerja BerAKHLAK di lingkungan KPPPA.

Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dalam sambutannya mengatakan bahwa kehadiran Ary Ginanjar memberikan motivasi dan masukan kepada para pegawai di KPPPA membuka peluang untuk mengetahui cara menurunkan berbagai isu dengan teknik coaching dan TalentDNA.

“Harapannya isu-isu ini dapat kita selesaikan yang menjadi PR besar bagi kami. Maka, masukkan dari Pak Ary kami sudah bukakan pintu yang lebar, menyambut langkah-langkah konkrit salah satunya memberikan TalentDNA untuk Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak sebagai pilot project," ujar Bintang.

Kemudian keberadaan Ary Ginanjar menjadi motivasi bagi jajaran pegawai di KPPPA untuk terus meningkatkan kinerja yang bergerak dari hati, melayani masyarakat dengan core values BerAKHLAK, dan menyelesaikan isu-isu yang ada.

"Kita juga tadi sudah dijelaskan tentang metode coaching agar lebih solid, lebih bisa keluarkan potensinya di KPPPA ini dan lingkungan pribadi," lanjutnya.

Bintang berharap dengan terlaksananya kegiatan BerAKHLAK dapat meningkatkan kesehatan dalam budaya kerja di lingkungan KPPPA, sehingga seluruh pegawai dapat berkolaborasi bersama untuk mengimplementasikan core values BerAKHLAK sebagai budaya kerja baru, bersama-sama menjadi agent of change.

188