Home Nasional Yayasan Bakti Barito Raih Peringkat Ketiga Penghargaan Aksi SDG Indonesia 2023 Kategori Filantropi

Yayasan Bakti Barito Raih Peringkat Ketiga Penghargaan Aksi SDG Indonesia 2023 Kategori Filantropi

Jakarta, Gatra.com– Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menganugerahkan Penghargaan Aksi SDG Indonesia 2023 dalam kategori Filantropi kepada Yayasan Bakti Barito. Sebagai bagian dari acara Konferensi Tahunan SDG, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan penghargaan untuk program Bakti Pangan Lestari milik Yayasan Bakti Barito karena dampaknya dalam bidang pendidikan yang telah membantu para petani dan keluarga mereka membangun ketahanan atas perubahan iklim dan memperkuat ketahanan pangan.

Penghargaan Aksi SDG Indonesia yang diserahkan oleh Menteri Suharso Monoarfa, diberikan kepada organisasi filantropi, lembaga dan institusi yang telah menerapkan prinsip-prinsip dan standar keberlanjutan dan/atau mendukung pencapaian target SDG dalam model bisnis organisasi tersebut.

“Generasi muda adalah pondasi dari sistem pangan kita di masa depan, tetapi mereka tidak memiliki akses yang sama ke pendidikan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim,” kata Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian A. Purbasari dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/11).

Baca juga: RMU Raih Peringkat Dua Besar dalam Indonesia’s SDGs Action Award 2023

Untuk diketahui, Program Bakti Pangan Lestari milik Yayasan Bakti Barito merupakan program jangka panjang selama lima tahun yang diperuntukkan bagi para petani dan generasi petani muda untuk membangun ketahanan iklim dan ketahanan pangan. Untuk meningkatkan mata pencaharian para petani, Bakti Barito meluncurkan serangkaian pelatihan berbasis keterampilan yang intensif dan memberikan dukungan untuk memperkuat ketahanan pangan.

Tujuan utama dari program ini adalah mengajarkan teknik pertanian tepat guna yang memberdayakan petani, mendukung inovasi untuk adaptasi iklim, dan memberikan akses petani ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk memperkuat sistem pangan mereka.

Agar memiliki dampak jangka panjang, program ini menghasilkan kurikulum Usaha Pertanian Terpadu (UPT) untuk membekali guru dan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan mengatasi tantangan masa depan seperti kurangnya lahan serta minimnya akses terhadap sumber air bersih yang merupakan dampak dari pertumbuhan populasi, dengan menggunakan program pertanian terpadu (permaculture).

Baca juga: Katingan Mentaya Project Berkontribusi pada Pencapaian 17 SDG di Indonesia

Kurikulum unit pertanian terpadu ini telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Para mitra yang terlibat dalam program Bakti Pangan Lestari yang mendorong kemajuan menuju SDG 2 (nol kelaparan) termasuk The Learning Farm, Joglo Tani, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, dan Konsorsium Bisnis Republik Indonesia yang Peduli Pendidikan Kejuruan.

“Seiring pertumbuhan populasi yang terus meningkat, tantangan seperti lahan yang terbatas serta kurangnya akses terhadap air bersih, maka kita perlu memastikan bahwa para pemuda siap menghadapi perubahan iklim. Dengan pengetahuan dan dukungan yang tepat, generasi muda kita dapat membangun sistem pangan regional yang lebih berkelanjutan, lebih sehat, dan membangun masa depan yang makmur bagi masyarakat di seluruh negeri,” jelas Dian.

80