Home Ekonomi Konflik Iran vs Israel Memanas, BI Pastikan Stabilitas Rupiah Tetap Terjaga

Konflik Iran vs Israel Memanas, BI Pastikan Stabilitas Rupiah Tetap Terjaga

Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia (BI) memastikan stabilitas rupiah akan tetap terjaga di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi Indonesia termasuk salah satu negara emerging market (EMEs) yang kuat dalam menghadapi dampak rambatan global akibat ketidakpastian penurunan Fed Fund Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Adapun, hal ini ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang pruden dan terkoordinasi erat. Untuk memperkuat ketahahan eksternal dimaksud, komitmen kuat Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai tukar menjadi bagian penting.

“Kami terus memastikan stabilitas Rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan,” kata Perry dalam Sidang IMF World Bank di Washington DC, Kamis (18/4).

Dalam kesempatan itu, Perry juga menjelaskan bahwa, pengelolaan aliran portfolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang pro-market dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang, mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, tekanan global terhadap nilai tukar rupiah tak sedalam yang dialami negara-negara lain.

Menurut Airlangga, meskipun mengalami penurunan, tukar rupiah masih berada di atas mata uang Yuan China, Bath Thailand dan Ringgit Malaysia. Kemudian, dibandingkan peer countries, rupiah relatif terkendali.

“Tekanan global terhadap nilai tukar, kenaikan yang kuat karena Amerika Serikat (AS) kuat sendirian, berbagai negara turun termasuk Indonesia tapi tidak sedalam yang lain,” kata Airlangga dalam Konferensi Pers terkait Perkembangan Isu Perekonomian Terkini di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4).

Menurut Airlangga, pasar saham tanah air terjaga positif. Di atas Indonesia ada Amerika karena pasar saham dan perekonomiannya terpantau sedang kuat.

“Tapi mereka masih belum mau menurunkan tingkat suku bunganya, jadi sekali lagi higher for longer strategi mereka jadi tentu kita harus jaga kepercayaan investor di dalam negeri terutama agar tidak terjadi capital outflow,” jelasnya.

17