Home Ekonomi Delegasi Indonesia Usulkan Program Twin Quarantine Port dalam Pertemuan RI–RRT di Labuan Bajo

Delegasi Indonesia Usulkan Program Twin Quarantine Port dalam Pertemuan RI–RRT di Labuan Bajo

Labuan Bajo, Gatra.Com – Salah Satu delegasi Indonesia pada pertemuan keempat Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama atau High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) Pemerintah Republik Indonesia dan Repblik Rakyat Tiongkok (RRT) mengusulkan program yang disampaikan mengenai Twin Quarantine Port.

Usulan itu disampaikan Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Panggabean, itu demi memperlancar akses pasar komoditas pertanian dan perikanan Indonesia.

Untuk diketahui, pertemuan tingkat tinggi dan Mekanisme Kerja Sama atau High Level Dialogue dan Cooperation Mecanism (HDCM) keempat Indonesia-China berlangsung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT 18–20 April 2024.

"Pada kesempatan pertemuan dialog tingkat tinggi ini, kami sudah menyampaikan beberapa poin soal isu kerja sama terkait akses pasar ekspor komoditas Indonesia ke Tiongkok," kata Sahat di sela-sela menghadiri HDCM Ke-4 di Labuan Bajo, NTT, Jumat petang (19/4).

Isu paling utama, lanjut Sahat, yaitu terkait usulan program Twin Quarantine Port Indonesia di Pondok Indah Kapuk (PIK) 2 dengan konsep dry port dan Tiongkok di Xiamen. Selain itu, juga usulan penguatan kerja sama untuk pelabuhan ekspor ikan di Tual, Maluku. 

Alasan pengusulan pelabuhan tersebut karena Pelabuhan Tanjung Priok saat ini sudah melebihi kapasitas sebagai tempat pemasukan komoditas dari Tiongkok salah satunya. Oleh karenanya, perlu usulan tempat pemasukan lain. Ini untuk memperlancar arus barang dan layanan karantina.

"Usulan program tersebut setelah kami mempertimbangkan penerapan mekanisme pengawasan yang meliputi pre-border, dan post-border. Mekanisme pre-border akan terdampak terhadap percepatan layanan karantina di border. Hal ini juga akan mempersingkat waktu timbun peti kemas atau dwelling time di pelabuhan," katanya.

Sahat lebih memerinci menyampaikan, untuk implementasi metode pre-border berupa penyediaan dan pembangunan prasarana dan sarana karantina sesuai standar dan regulasi kedua negara.

“Standar tindakan karantina yang disepakati kedua negara agar tidak bertentangan dengan regulasi masing-masing negara; harmonisasi regulasi, standar, sistem dan dokumen pemeriksaan bersama dan penerapan dokumen elektronik secara bertahap,” ujarnya.

Isu Akses dan Hambatan Persyaratan SPS

Selain menyampaikan isu utama, Barantin juga menyampaikan beberapa isu akses pasar dan hambatan persyaratan Sanitari dan Fitosanitari (Sanitary and Phytosanitary/SPS) ekspor ke Tiongkok.

Adapun hambatan yang masih ada untuk komoditas, di antaranya sarang burung walet, tepung ikan, dedak gandum, ikan hias, hewan aquatik hidup konsumsi, minyak ikan, santan beku, teripang, lobster, dan lainnya.

"Hasil audit GACC masih ada yang perlu perbaikan untuk beberapa komoditas ekspor [Indonesia], seperti santan beku. Kami menunggu perbaikan dari pihak eksportir untuk disampaikan kembali ke GACC," ujarnya.

Sahat menyampaikan, untuk persyaratan ekspor sarang burung walet supaya kadar nitritnya bisa lebih dari 30 ppm. Berdasarkan persyaratan CODEX itu dapat ditoleransi hingga 80 ppm.

“Indonesia melalui Barantin juga mengusulkan peluang pengembangan pasar ekspor untuk komoditas lainnya," katanya. 

"Beberapa peluang pengembangan ekspor komoditas [Indonesia] lainnya ke Tiongkok, yaitu mangga, melon, durian, ceker ayam segar, keju, dan kuda laut," ujarnya.

Sahat berharap melalui dialog tingkat tinggi ini, hambatan ekspor komoditas pertanian dan perikanan Indonesia ke Tiongkok dapat segera teratasi.

Prioritas pembahasan dalam HDCM Ke-4 ini, yaitu Ketahanan dan Hilirisasi Pangan; Kelautan dan Maritim, Ketahanan dan Transisi Energi, Kerja Sama Global Maritime Fulcrum (GMF) dan Belt and Road Initiative (BRI), Kesehatan, Talenta, Teknologi, Research and Development; Produk Halal, Unggulan, dan UMKM, Pertahanan dan Keamanan; Isu Regional dan Internasional, serta 10th World Water Forum.

HDCM Ke-4 ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

Turut hadir mendampingi Kepala Barantin, yakni Plt. Deputi Bidang Karantina Hewan Wisnu Wasisa Putra, Plt. Deputi Bidang Karantina Ikan Teguh Samudro, Plh. Deputi Bidang Karantina Tumbuhan A.M. Adnan, Ketua Tim Kerja Sama Biro Perencanaan dan Kerja Sama Tatit Diah Nawang Retno, dan Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Nusa Tenggara Timur Ida Bagus Putu Raka Ariana.

108