Home Politik Bukber dan Dialog Lintas Iman, Indahnya Toleransi Umat Beragama di Maluku

Bukber dan Dialog Lintas Iman, Indahnya Toleransi Umat Beragama di Maluku

Ambon, Gatra.com- Pasca konflik kemanusian bernuansa SARA pecah di Kota Ambon hingga merembet di 11 Kabupaten/Kota di Maluku sejak tahun 1999 silam, berbagai upaya perdamaian gencar digaungkan para pemuka agama, tokoh masyarakat, pemuda, pemerintah, TNI dan Polri hingga saat ini.
 
Setiap desa kerap mengingatkan tentang arti toleransi antar umat beragama yang dikuatkan dengan tradisi kebudayaan Maluku seperti Pela dan Gandong. Gaung budaya lokal Maluku ini mampu merawat kembali kerukunan hidup umat beragama yang sempat hancur belasan tahun silam.
 
Budaya Pela dan Gandong melahirkan konsep lokal orang Maluku tentang kedamaian dan kebersamaan sejak dahulu kala. Seperti hidup orang basudara, potong di kuku rasa di daging, ale rasa beta rasa, sagu salempeng di pata dua, ain ne ain, kalwedo, kidabela, sitakaka walike, dan lain-lain.
 
Selain mengingatkan tentang arti perdamaian melalui falsafah para leluhur terdahulu, ajakan untuk hidup berbaur dalam bingkai kebersamaan antar semua golongan masyarakat Maluku juga sering dilakukan dalam aksi nyata.
 
Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku. Mereka menyelenggarakan buka puasa bersama dan dialog antar umat beragama. Tujuannya satu, yaitu merawat kedamaian.
 
Kegiatan keagamaan yang dilakukan salah satu desa, korban konflik kemanusian belasan tahun silam tersebut berlangsung di aula Kampus Politeknik Negeri Ambon, Kota Ambon, Kamis sore (30/5/2019).
 
Rumah Tiga pernah menjadi korban konflik. Kala itu, seluruh rumah warga, tempat ibadah, baik milik umat Islam maupun Kristen, habis terbakar. Yang tersisa saat itu hanyalah puing-puing belaka.
 
Kini, Desa Rumah Tiga telah bangkit dari keterpurukan. Kehidupan antar sesama orang basudara kembali normal. Buktinya, dua komunitas itu hidup berdampingan, saling menghargai dan bersama merawat kedamaian.
 
Atas kesadaran konflik yang menjadi cerita pahit itu, Pemerintah Negeri Rumah Tiga kerap melakukan kegiatan keagamaan. Salah satunya buka puasa bersama dan dialog antar umat beragama. Kegiatan yang diprakarsai dengan menggandeng Majelis Jemaat GPM ini berlangsung sederhana dan penuh hikmah.
 
Kegiatan yang menghadirkan pemateri dari umat Islam yaitu Kepala KUA Teluk Ambon Ustadz Husen Henan dan Pdt IWJ Hendrik, ketua Sinode GPM Maluku periode 2001-2005 ini berjalan dengan penuh keakraban dan kekeluargaan.
 
Dialog keagamaan itu dihadiri puluhan warga dari dua komunitas Islam dan Kristen, Raja Rumah Tiga Novita Dacosta, Plh Kapolsek Teluk Ambon Ipda Julkisno Kaisupy serta para tokoh agama dan pemuda desa tersebut.
 
"Ide kegiatan ini muncul dari pemerintah negeri. Karena tidak ada seorang pun yang ingin melihat Desanya terjadi sesuatu (konflik). Kita semua sudah merasakan ketika konflik tahun 1999 itu terjadi, khususnya masyarakat Rumah Tiga," ungkap Raja Rumah Tiga Novita Dacosta.
 
Menurutnya, kegiatan yang dilakukan untuk merawat perdamaian ini bukan baru sekali. Tahun ini merupakan kali kedua, setelah tahun 2018, pihaknya menggelar kolaborasi musik bernuansa Islami dan Kristen.
 
"Tanggal 17 Agustus 2018 kemarin kita lakukan kolaborasi music. Seperti music totobuang, terompet, sawat atau hadarat. Ini kami lakukan menyusul adanya program Wali Kota Ambon yaitu City Of Musik," jelasnya.
 
Dengan menggandeng pihak Gereja, Ia mengatakan tujuan kegiatan tersebut hanyalah untuk menciptakan kehidupan dalam bingkai kebersamaan baik umat Muslim maupun Kristen.
 
"Batal bersama ini kami lakukan, karena kita tahu bahwa kita semua adalah orang sudara (bersaudara). Kami harapkan kegiatan ini juga dapat dilakukan oleh Desa-Desa lainnya agar perdamaian di Maluku tetap terjaga selamanya," pintanya.
 
Di sisi lain, Novita mengaku pihaknya kerap mendidik para pemuda untuk menjauhi berbagai kegiatan yang tidak baik seperti mengkonsumsi minuman keras (miras), narkoba dan lain sebagainya.
 
"Miras dan narkoba ini merupakan salah satu pemicu terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan. Makanya para pemuda baik Islam dan Kristen harus dididik," tandasnya.
 
Ustadz Husen Henan mengatakan, agama manapun mengajarkan tentang kebaikan. Dialog antar umat beragama ini merupakan sebuah kegiatan yang dapat merangsang pentingnya hidup orang basudara. Ini mengingatkan bagaimana hidup pada jaman dahulu.
 
"Saat umat Muslim membangun Masjid atau rumah, umat Kristen membantu. Sebaliknya jika umat Kristen membangun Gereja, maka umat Muslim juga membantu. Disitulah wujud hidup orang basudara yang aman di Maluku," jelasnya.
 
Ketua Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Teluk Ambon ini meminta agar agar hidup orang basudara antar umat beragama terus dipelihara dan ditingkatkan. Sebab, meski berbeda agama, namun masyarakat Maluku merupakan satu suku, budaya dan bangsa.
 
"Di dalam Islam, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Ada laki-laki dan perempuan. Sehingga di mata Allah semua manusia sama. Dia maha mengetahui, dan maha pengasih," ungkapnya.
 
Sejak dahulu, lanjut Husen, persaudaraan orang Maluku sangat tinggi. Olehnya itu keharmonisan hidup, saling menghargai dan menghormati yang sudah membudaya ini harus tetap dijunjung.
 
"Bagi saudaraku umat Muslim, mari kita ciptakan bulan puasa ini untuk tetap meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan," ujarnya. 
 
Senada, Pdt IJW Hendrik mengajak masyarakat Maluku, khususnya warga Rumah Tiga untuk tidak fanatic memahami agama masing-masing. Fanatisme agama tersebutlah yang membuat masyarakat sendiri hidup bermusuhan, saling membenci satu dengan lainnya.
 
 
"Kita jangan terpengaruh dengan ajaran agama yang saling menyalahkan. Ajaran Islam dan Kristen itu sebenarnya sama. Inti dari ajaran Kristen itu adalah mengasihi. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap kekuatan, seluruh akal budi dan mengasihi sesama manusia,":jelasnya.
 
Arti mengasihi manusia, tambah Hendrik bukan dalam konteks agama. Tetapi arti sebenarnya adalah mengasihi semua manusia yang berbeda agama, budaya, suku dan status.
 
"Katong (kita) dipanggil untuk merajutkan kehidupan bersama itu. Sehingga perdamaian, persatuan dan kesatuan harus terus dibina. Dia tidak datang dengan sendirinya. Harus ada usaha-usaha sengaja, seperti buka puasa saat ini, karena merupakan alat yang sangat-sangat penting. Agar kita tahu walapun berbeda agama, tetapi kita semua bersaudara," terangnya.
 
Perbedaan agama, tambah Hendrik, harus dijadikan sebagai dasar dan inspirasi untuk kedamaian yang lebih bermutu.
 
"Kita tidak perlu mempertentangkan perbedaan agama yang satu dengan yang lain. Karena Tuhan memang menghendaki kita untuk berbeda agama, supaya saling mengasihi, saling mengenal, saling menopang antara satu dengan yang lain," ujarnya.
 
Hendrik berharap, kegiatan buka puasa bersama dan dialog antar umat beragama juga bisa dilakukan di daerah lain, agar semangat persaudaraan tetap terbina dan terjaga di Provinsi Maluku tercinta.
 
"Kita jangan terpengaruh dengan politik. Apapun hasilnya, kita tetap bangsa Indonesia, kita tetap orang Maluku, satu suku dan budaya orang basudara,":pungkasnya.
 
Plh Kapolsek Teluk Ambon Ipda Julkisno Kaisupy mengaku terharu dengan kegiatan buka puasa bersama dan dialog antar umat beragama tersebut.
 
Menurutnya, kegiatan ini merupakan dasar terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
 
"Keamanan bukan saja tanggung jawab Polri, tapi merupakan tanggungjawab bersama semua pihak termasuk masyarakat," jelasnya.
 
Kaisupy yang merangkap Kasubbag Humas Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease ini menghimbau masyarakat Rumah Tiga, agar senantiasa merawat kedamaian.
 
Di sisi lain, ia mengajak para pemuda untuk menjauhi miras. Sebab, berdasarkan data Polres Ambon, miras merupakan pemicu utama terjadinya konflik antar warga di Kota Ambon. Miras juga menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, serta menimbulkan aksi kriminal seperti penganiayaan dan tindakan asusila.
 
"Kepada para tokoh agama dan pemerintah negeri agar bisa menghimbau kepada kaula muda untuk tidak mengkonsumsi miras, narkoba dan obat terlarang lainnya," tutupnya. 
865

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR