Home Ekonomi Dampak Gelombang Tinggi di Gunungkidul: Kapal Karam, Nelayan Tak Melaut

Dampak Gelombang Tinggi di Gunungkidul: Kapal Karam, Nelayan Tak Melaut

Gunungkidul, Gatra.com - Gelombang laut pantai selatan selama beberapa hari terakhir mengganggu aktivitas sejumlah nelayan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain menimbulkan kerusakan kapal, mayoritas nelayan enggan melaut. 
 
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah I Gunungkidul Sunu Handoko Bayu Sagara mengatakan, akibat tingginya ombak laut sebuah kapal nelayan yang disandarkan di dermaga Pantai Sadeng terempas. Kapal milik warga Kecamatan Rongkop itu membentur karang dan tenggelam pada Jumat (14/6) pagi. 
 
"Kapal mengalami retak, bocor, kemudian tenggelam. Sudah ditarik oleh tim SAR dan nelayan ke tepi pantai untuk diperbaiki," kata dia, kepada Gatra.com, Jumat (14/6). 
 
 
Menurut Sunu, gelombang laut tinggi terjadi sejak Selasa (11/6) lalu. Masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan pun enggan untuk mencari ikan di tengah laut. 
 
"Sebagian nelayan tidak melaut. Tidak ganti profesi, hanya beberapa hari saja menunggu ombak normal kembali. Tapi ada juga nelayan yang tetap nekat melaut," ucapnya. 
 
SAR mengimbau nelayan tetap mencari ikan dengan mengutamakan keselamatan. Wisatawan yang datang ke pantai pun diminta supaya tak bermain air terlalu ke tengah laut. "Saat ini ombak tinggi masih kisaran 3 sampai 4 meter," ucapnya.
 
 
Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Indah Retno Wulan menambahkan, ombak tinggi terjadi karena perbedaan tekanan udara secara signifikan di Australia dan Asia. 
 
Tekanan udara Australia saat ini tengah tinggi, sedangkan Asia tengah mengalami tekanan udara rendah. Akibatnya kecepatan angin di Samudera Hindia atau laut selatan DIY meningkat sampai 50 - 61 kilometer per jam. 
 
Hingga Senin (18/6) mendatang, ketinggian ombak mencapai 2,5 - 3 meter. "Gelombang laut hari ini masih mencapai 5 meter. Untuk seminggu ke depan masih tinggi," pungkasnya.
1095