Home Ekonomi Cikal Petani Moncer Dari Tanah Laut

Cikal Petani Moncer Dari Tanah Laut

Tanah Laut, Gatra.com – Tak berlebihan jika mimpi untuk menjadi petani sejahtera sudah berani ditorehkan oleh 3.200 petani kelapa sawit Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) di benak masing-masing anggota Koperasi Sawit Makmur yang ada di daerah itu.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas olah 45 ton perjam --- masih bisa digenjot menjadi 60 ton perjam --- sudah peletakan batu pertama di Desa Tajau Mulya Kecamatan Batu Ampar Senin (5/8). Kalau tak ada halangan, Juni tahun depan cerobong pabrik ini sudah mengebul.

Ini berarti TBS dari lahan sekitar 11.754 hektar di 8 kecamatan yang tersebar di 22 desa sudah sudah digiling di pabrik ini. Ketua Koperasi Sawit Makmur, Samsul Bahri menyebut, saban hari bakal ada sekitar 900-1000 ton sawit milik anggota, di antar ke pabrik tadi.

Baca juga: Menembus Batas Kemustahilan

Petani bakal dapat harga yang lebih moncer lantaran tak lagi berurusan dengan tengkulak, tapi sudah langsung menjual ke pabrik.

Setiap petani yang antar TBS, langsung dibayar kontan pula. "Harga TBS petani akan lebih moncer lagi apabila lahan petani sudah punya Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Kami akan membantu menguruskan STDB setiap kebun petani,” kata Samsul kepada Gatra.com Kamis (8/8).

Sudahlah dapat harga moncer dan kontan pula, saban akhir tahun petani juga akan kebagian keuntungan dari aktivitas PKS tadi. Maklum, PKS yang dimodali oleh PT Batu Gunung Mulia Putra Agro (BGMPA) senilai Rp230 miliar itu, 30 persennya adalah milik petani. Kalau modal BGMPA sudah balik, saham petani bakal jadi 40 persen pula.

“Kami ingin membuktikan kalau kami bukan lagi petani biasa, tapi petani yang punya masa depan yang lebih cerah, petani cerdas yang bisa mewujudkan apa yang menurut orang tak mungkin,” ujar Samsul.

Wajar kalau Samsul menyebut mereka telah menjadi petani cerdas, sebab tanpa modal awal berupa duit, mereka bisa punya PKS yang menghasilkan Crude Palm Oil (CPO). Ini artinya, petani Tanah Laut sudah lebih maju selangkah dibanding petani yang ada di daerah lain di Indonesia. “Ini PKS pertama milik petani di Indonesia ini,” katanya bangga.

Uniknya, PKS yang dibangun di Tanah Laut ini boleh dibilang menjadi PKS yang sangat strategis lantaran hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari Pelabuhan Suarangan milik Pemkab Tanah Laut. Kalau pun CPO mau dijual lewat pengapalan, ongkos angkut akan jauh lebih murah. Tentu ini akan menjadi poin plus bagi penambahan isi pundi-pundi petani lewat murahnya ongkos angkut itu.

Bupati Tanah Laut, Sukamta, sangat mengapresiasi pembangunan PKS itu. Bagi dia, petani membangun PKS adalah langkah yang tepat dan jitu lantaran saat ini bukan rahasia lagi bahwa petani kelapa sawit mandiri kesulitan menjual hasil panennya. “Tapi setelah PKS ini ada, petani sudah bisa mengolah sendiri sawitnya,” kata Sukamta.

Angga Yuda Prasetia, perwakilan BGMPA ini menyampaikan terimakasih atas kepercayaan yang sudah diberikan oleh petani kepada perusahaannya untuk menjadi mitra. “Sebagai perusahaan lokal, tentu kami akan membuat yang terbaik untuk sukses nya pembangunan PKS ini,” kata Angga.

Ketua DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung Menyebut, persoalan petani saat ini ada tiga; Tataniaga TBS, petani dalam kawasan hutan dan sarana prasarana. “Dengan hadirnya PKS petani, maka selesailah persoalan satu dan tiga. Sebab dua persoalan itu sudah langsung terjawab oleh PKS ini,” katanya.

Bagi Gulat, pembangunan PKS Tanah Laut menjadi catatan sejarah bagi petani Indonesia dan musti menjadi contoh bagi 21 provinsi penghasil sawit lainnya di Indonesia. “Terimakasih kepada Bupati Tanah Laut yang telah sangat mendukung Koperasi Sawit Makmur mencapai harapan dan cita-cita petani untuk punya PKS sendiri,” ujar Gulat.

Dan , keluarga besar Rihan kata Gulat, telah mengambil keputusan bersejarah di bidang perkelapa sawitan rakyat di Tanah Laut. PKS yang sedang dibangun menjadi cerita akhir dari 14 tahun petani sawit di Tanah Laut terlunta-lunta menjual TBS nya.


Abdul Aziz

 

 

925