Home Politik Permendikbud 14 Bukan untuk Membunuh Kreativitas Sineas

Permendikbud 14 Bukan untuk Membunuh Kreativitas Sineas

Medan, Gatra.com - Peraturan Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 14/2019 yang mengatur pedoman sensor film itu, dibuat sebagai rel bagi para sineas dalam membuat film.

Hal tersebut dikatakan Biro Hukum dan Organisasi Kemendikbud, Simul, dalam Sosialisasi Permendikbud No 14/2019 di Hotel Santika Dyandra, Jalan Kapten Maulana Lubis Medan, Jumat (8/8).

Baca Juga: Belajar Toleransi dari Film Pelajar Purbalingga

"Permen ini bukan untuk membunuh kreativitas, tapi supaya ada aturan dalam memproduksi film," jelas Simul. Dikatakannya, Permen ini justru dibuat untuk memastikan agar film-film yang dikonsumsi masyarakat tepat sasaran, sehingga pedoman sensor itu terdiri dari banyak kriteria,” jelasnya.

Kriteria tersebut juga termasuk dalam penggolongan usia maupun jam tayang. Jadi, sensor sebenarnya lebih kepada edukasi kepada masyarakat. Senada dengan itu, Monang Sinambela dari Lembaga Sensor Film (LSF) RI, menambahkan, sensor film perlu merupakan sebuah kebijakan negara.

Baca Juga: Palembang Ingin Kenalkan Pariwisata Lewat Film

Monang memaparkan, bila film-film dengan tema kekerasan maupun pornografi dibiarkan tanpa sensor akan membahayakan bagi masyarakat. Karena masyarakat bisa kecanduan dan tanpa sadar terbentuk menjadi pribadi-pribadi yang mempraktikkan kekerasan, jelas Monang.

Salah seorang peserta yang juga sineas dari Medan, Onny Kresnawan memastikan, regulasi itu masih dapat direvisi. Menurut Onny, film tidak semata-mata seni visual sinematografi, sehingga sensor atasnya bukan hanya berdasarkan gambar-gambar yang ditayangkan.

Baca Juga: Di Balik Cerita Film 'Bambang', Fiksi Terbaik FFP 2019

"Menurut saya yang perlu disensor adalah film-film yang mengusung nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai yang merusak sendi kehidupan masyarakat. Dan hal itu memang sengaja dilakukan melalui sebuah film," kata Onny.

Dia mencontohkan, film LGTB misalnya. Nilai-nilai kebebasan itu memang sengaja diusung melalui sebuah film. Ditambahkan Onny, masalah visualitas dalam film bisa banyak persepsi, apalagi bila menyangkut kebutuhan estetika. Karenanya, pinta Onny, bila Permen ini masih bisa direvisi, ia berharap masukan-masukan itu bisa ditampung dan kemudian dijalankan dengan tegas.

Reporter: Jones

342