Home Ekonomi Temuan MMA dalam Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019

Temuan MMA dalam Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019

Jakarta, Gatra.com - Mobile Marketing Association (MMA) baru saja meluncurkan laporan bertajuk Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019. Laporan tersebut berisikan beberapa data penelitian mengenai industri di bidang mobile marketing di Indonesia dan global.

“Indonesia sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan industri berbasis seluler tercepat, menawarkan peluang besar pada para pemasar untuk meraih khalayak yang luas. Indonesia Mobile Ecosystem Report 2019 ini dapat membantu para pelaku industri untuk memaksimalkan potensi yang ada dan mempersiapkan diri terhadap dunia berbasis seluler yang selalu berkembang,” ucap Shanti Tolani selaku Country Manager MMA Indonesia, Jakarta, Rabu (11/12).

Shanti mengatakan, data laporan yang didapatkan merupakan data primer dan sekunder dari para anggota MMA dan beberapa mitra seperti Facebook, Google, Twitter, Gojek, Nestle dan lainnya. Terdapat beberapa temuan utama dalam laporan tahunan yang dirilis oleh MMA.

Pertama, adanya dominasi ponsel pintar. Pada tahun 2025 mendatang, Indonesia diprediksi akan menjadi negara adidaya ponsel pintar dengan total pengguna mencapai 410 juta. Angka tersebut akan menempatkan Indonesia diurutan ke-3 setelah Cina dengan 1469 juta pengguna dan India dengan 983 juta pengguna.

“Hampir 97% pengguna internet di Indonesia menggunakan ponsel pintar untuk terhubung ke web. Selain itu banyak perusahaan tekno global seperti Google yang sekarang mendirikan kantor di Indonesia,” ujar Program Director MMA APAC, Azalea Aina yang akrab disapa Zela.

Kedua, terdapat pergeseran pemilihan layar. Menurut data tahun 2014-2019 dari Global Web Index, masyarakat Indonesia mulai beralih dari penggunaan laptop/komputer ke ponsel. Masyarakat Indonesia juga lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di internet di ponsel dengan rata-rata 4 jam 35 menit, dibandingkan masyarakat global selama 3 jam 22 menit.

Time spent pengguna itu beragam mulai dari main gim, membaca berita online, mendengarkan musik, tetapi yang paling tinggi adalah social media,” kata Zela.

Ketiga, konsumen Indonesia lebih memilih pelayanan atau jasa dibandingkan membeli produk. Traveling merupakan sektor individual dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia dengan angka pengeluaran sebesar 14%. Selanjutnya terdapat pelayanan di bidang kuliner yang menyumbang angka pengeluaran sebesar 19%. Berdasarkan data bang investasi JP Morgan, Indonesia merupakan salah satu pasar perdagangan seluler yang paling cepat perkembangannya di dunia dan bernilai US$ 7,1 miliar.

Keempat, meningkatnya Iklan Programmatic. Saat ini para pemasar iklan sudah tidak lagi mengandalkan sistem manual dalam mengiklankan produknya. Seiring dengan berkembangnya teknologi programmatic, pemasar dapat lebih spesifik membeli iklan sesuai dengan target khalayak yang diinginkan, waktu dan konteks yang tepat.

Pengeluaran untuk periklanan digital sendiri tumbuh sebesar 19% pada tahun 2019. Namun pertumbuhan tersebut tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai tiga digit angka. Pertumbuhan digital tersebut didominasi oleh video lebih dari 33% dan sosial sebesar lebih dari 27%. 

“Berdasarkan laporan yang kita luncurkan ini, kita ingin menunjukkan bahwa potensi Indonesia itu besar. Laporan tersebut dapat membantu para pengiklan untuk menggunakan media mobile phone untuk menjangkau konsumennya, sebab Indonesia sudah menjadi market yang penting bagi perusahaan teknologi,” tutur Zela.

235