Home Milenial Indonesia Geser Malaysia, Publikasi Ilmiah Terbanyak Asean

Indonesia Geser Malaysia, Publikasi Ilmiah Terbanyak Asean

Jakarta, Gatra.com - Indonesia berhasil menggeser Malaysia sebagai negara dengan publikasi ilmiah terbanyak di Asean. Hal tersebut diakui Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati.

Penobatan Indonesia sebagai Juara Asean dalam publikasi ilmiah baru di umumkan dua hari lalu. 

Menurut Dimyati, hal tersebut menunjukan ekosistem penelitian, riset, dan inovasi di Indonesia makin meningkat. Peningkatan publikasi ilmiah tersebut juga menunjukan kenaikan tren riset di Indonesia secara signifikan. Apalagi pada 2018 lalu, Indonesia belum bisa menggeser Malaysia di peringkat pertama.
 
"Publikasi kita naik cukup signifikan. Hal ini menunjukan bahwa para peneliti telah menunjukan jati diri dan makin percaya diri. Selain itu, ini menunjukan bahwa kegiatan meneliti merupakan core bisnis tridharma perguruan tinggi," ungkap Dimyati saat ditemui wartawan dalam ITD Expo 2019 di Mall Lippo Puri, Jakarta, Rabu (24/7)
 
Indonesia di tahun 2019 ini memimpin dengan jumlah paper penelitian sebanyak 32.975 dan hanya lebih tiga paper dibanding Malaysia yang mengumpulkan jumlah 32.972. Dimyati mengatakan, peningkatan peneliti yang signifikan ini harus diikuti hilirisasi penelitian agar masyarakat bisa merasakan manfaat penelitian tersebut.
 
"Makanya di kegiatan ITD Expo 2019 ini kita bikin ide menyelenggarakan di Mall. Agar masyarakat dapat melihat dan merasakan langsung beberapa manfaat dari purwarupa yang di pamerkan di Expo ini. Ini salah satu semangat kita dalam usaha menghilirisasikan hasil penelitian," tata dia. 
 
Dimyati mengatakan akan terus menggenjot publikasi ilmiah di Indonesia. Meskipun tahun ini menjadi negara dengan publikasi ilmiah terbanyak di Asean, Kemenristekdikti tetap memasang target untuk mencapai angka 50 ribu publikasi dalam 5 tahun kedepan.
 
"Kalau kita bisa punya 50 publikasi internasional dalam tiga atau empat tahun mendatang itu akan sangat luar biasa. Kualitas penelitian kedepan juga pasti akan membaik," tutup Dimyati.
418