Home Gaya Hidup JK Ajak Aisyiyah Amalkan Islam Jalan Tengah

JK Ajak Aisyiyah Amalkan Islam Jalan Tengah

Sleman, Gatra.com – Wakil Presiden Jusul Kalla mengajak Aisyiyah mengamalkan nilai-nilai dan semangat Islam Indonesia yang moderat dan menjadi jalan tengah atau wasathiyah di tengah meningkatnya semangat keagamaan.

“Aisyiyah adalah organisasi perempuan Islam yang terbesar di negara-negara Islam di dunia,” ujar Wapres JK saat mengisi kuliah umum di Universitas Aisyiyah (Unisa), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/10).

Untuk itu, Aisyiyah harus mengambil peran di tengah semangat keagamaan umat Islam Indonesia yang meningkat. Hal itu ditandai dengan masa tunggu calon jemaah haji yang mencapai 20 tahun dan bertambahnya universitas keagamaan yang hampir menyamai jumlah universitas negeri.

“Saat ini hampir di semua universitas terdapat separuh lebih mahasiswinya berjilbab. Di Institut Pertanian Bandung (IPB) hampir 80 persen mahasiswinya berjilbab, di Univeritas Indonesia menyentuh angka 60 persen, dan saya yakin di Unisa ini hampir 100 persen mahasiswanya berjilbab,” ucapnya.

Wapres JK berharap meningkatnya semangat keagamaan itu tidak mengikuti negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika yang porak-poranda karena perang saudara. Kondisi itu membuat kekayaan alam diambil negara lain dan kebudayaan lama dihancurkan.

JK menyebut Arab Saudi berperang melawan Yaman, kemudian Libya dan Suriah yang hancur total, serta permusuhan abadi Iran-Irak.

“Kita harus menunjukkan Indonesia adalah negara Islam terbesar yang menjaga perdamaian. Kita menyelesaikan semua persoalan dengan damai. Keamanan adalah jaminan lahirnya kemajuan dan penguasaan teknologi,” ujarnya.

Karena itu, ia meminta Aisyiyah untuk mengamalkan semangat keagamaan dan pola pikir sesuai dengan jiwa Islam Indonesia yang moderat dan menjadi jalan tengah atau wasathiyah. Ia percaya Aisyiyah dan Muhammadiyah sebagai induk organisasinya masih memegang peran penting itu.

Jika langkah ini berhasil dilakukan, Wapres JK menilai Indonesia akan menjadi contoh bagi negara-negara Islam dalam menjalankan kehidupan berbangsa yang menghargai berbagai perbedaan budaya.

Menurutnya, dunia pariwisata Indonesia telah memberikan contoh. Meskipun didominasi umat Islam, promosi pariwisata lebih banyak mengunggulkan berbagai kebudayaan dari masyarakat non-Islam seperti Candi Borobudur, Bali, dan Tanah Toraja.

“Jika di Afganistan, peninggalan kebudayaan yang mahapenting akan dihancurkan dan tidak tersisa sama sekali,” katanya.

113