Home Ekonomi Ini Makna Motif Songket Sumsel di Uang Rp75.000

Ini Makna Motif Songket Sumsel di Uang Rp75.000

Palembang, Gatra.com – Memperingati kemerdekaan ke 75 RI, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menerbitkan uang peringatan kemerdekaan ke 75 RI, Senin (17/8). Bagian depan pecahan uang Rp75.000 tersebut terdapat motif kain songket yang berada di bagian kanan atas yang menjadi dasar pada lambang negara burung garuda.

Motif songket Sumsel hadir bersama dengan kain nusantara lainnya, seperti kain tenun Gringsing Bali, dan batik Kawung Jawa. Motif kain-kain ini diartikan sebagai bagian memperteguh Bhineka Tunggal Ika, yang dimaknai sebagai kebaikan, keanggunan dan kesucian.

Bagi Budayawan Sumsel, Yudhie Sarofie, motif songket di uang pecahan peringatan kemerdekaan ke 75 RI tersebut nampak seperti motif nampan perak. Motif ini ialah motif awal kain songket khas Sumsel. Motif awal lainnya yang terkenal seperti motif naga besaung (naga bertarung) dan motif-motif awal ini dinyakini sebagai awal muasal terciptanya kain songket pada masa kesultanan Palembang.

“Pada mulanya kain songket ialah kain yang hanya dibuat dan dipakai oleh kalangan kesultanan, tidak semua masyarakat bisa membuat dan mamakainya, apalagi songket yang penuh dengan benang emas atau dikenal songket Lepus,” katanya kepada Gatra.com.

Pada saat itu, motif songket diartikan sebagai perwujudan kemakmuran dan lambang kekuasaan sebuah kerajaan. Karena hanya kalangan tertentu saja yang bisa membuat dan memakai kain songket, maka pada bagian rumah limas terdapat ruang kerja khusus guna memproduksi kain songket tersebut. Seniman songketnya ialah para putri dan kalangan pimpinan kerajaan.

baca juga :https://www.gatra.com/detail/news/487740/ekonomi/rayakan-hut-ke-75-ri-bi-dan-kemenkeu-luncurkan-uang-baru#

Sejak kepemimpinan SM Baharudin yakni ayah dari SM Badaruddin II, muncul kebijakan membuat motif bagi rakyat biasa karena pada masa Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Hanya saja terdapat motif-motif yang harus dipertahankan bagi pihak keraton (kerajaan) Palembang atau motif songket Lepus,

"Masyarakat boleh membuat songket, namun tidak boleh memakai motif yang tercipta sepenuhnya dari benang emas (Lepus). Lahirlah motif bungo tabur dan bungo cumpuk, limar," teraangnya.

Dari kebijakan itu pula, muncul motif kain perempuan Arab yang dikenal dengan motif bungo pacik. Pada motif ini, kain bukan berasal dari benang perak sedangkan pada perempuan Cina, dikenal dengan bungo Cino. 

"Jalinan motifnya banyak memakai benang berwarna, bukan benang emas," kata penulis buku Songket Palembang, Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, dan Tradisi.

Yudhie menyatakan meski belum memegang langsung uang pecahan Rp75.000, namun ia memprediksikan jika motif songket di uang peringatan kemerdekaan ke 75 ialah napan perak. Secara filosofi, motif nampan perak melambangkan kemakmuran, kemewahan, kesantunan, kehormatan sekaligus penghormatan. Napan diartikan sebagai sebuah keistimewaan bagi tamu dan kesantunan bagi tuan rumah, sedangkan dalam tradisi kota Palembang, nampan juga digunakan guna menempatkan keris. Tradisi ini ialah tradisi pernikahan adat Palembang, seperti halnya mengantarkan keris dari keluarga mempelai lelaki kepada mempelai perempuan setelah akad nikah.

“Sebagai motif awal kain songket, motif napan perak, memiliki arti yang besar, yakni sebuah perlambangan atas kemakmuran dan kehormatan,” pungkasnya.

Dalam keterangan persnya, motif songket Sumsel juga menjadi ciri keaslian uang. Mengenali ciri – ciri uang peringatan kemerdekaan ke 75, di antaranya hasil cetak yang memedar, dalam satu atau beberapa warna yang apabila dilihat dengan sinar ultraviolet akan nampak motif kain songket Sumsel. Selain mempeteguh kebinekaan, uang peringatan kemerdekaan ke 75 RI juga memiliki filosofi mensyukuri kemerdekaan dan menyongsong masa depan yang gemilang. Bank Indonesia membuka dua gelombang penukaran bagi masyarakat yang menginginkan uang peringatan pecahan Rp75.000, tersebut.

960