Home Gaya Hidup Nonton Film dari Balik Setang Bundar

Nonton Film dari Balik Setang Bundar

Pandemi menghidupkan lagi tren nonton film luar ruang, dari dalam mobil. Mensyaratkan protokol kesehatan, menawarkan sensasi Teater Mobil di masa lalu.


Teia ingat betul keseruan menonton dari balik kemudi di Drive-In Senja bersama Jojo, suaminya, dan Syira, anak mereka yang berusia dua tahun. Mereka datang menonton film "Laskar Pelangi" yang diputar saat pertama kali Drive-In Senja dibuka pada 1 Agustus 2020. "Nonton film, tapi audionya pakai saluran radio yang terhubung ke mobil. Jadi suaranya clear," kata perempuan berusia 31 tahun ini kepada GATRA. 

Suara film yang sedang diputar, selain dihasilkan dari pengeras suara yang terdapat di luar, Drive-in Senja menyediakan transmisi FM Radio. Pengunjung bisa menikmati suara jernih dari radio di mobil mereka masing-masing.

Keluarga Teia mewakili masyarakat yang rindu menonton bioskop di ruang publik. Khawatir menjadi klaster baru penyebaran Covid-19, sejak pandemi merebak, gedung-gedung bioskop harus melipat layar. Hingga saat ini, izin menonton bioskop masih menjadi tarik ulur antara pemangku kebijakan dan pemilik cinema.

Dalam situasi itu, masyarakat mulai menyasar fasilitas nonton bioskop di ruang terbuka dari balik kemudi mobil, alias drive-in. Salah satunya Drive-In Senja yang berlokasi di Lapangan Parkir Utara, Mall Alam Sutera, Kota Tangerang.

Menyesuaikan dengan perkembangan situasi, layanan drive-in ini mensyaratkan keselamatan dan keamanan pengunjung. Protokol kesehatan dijaga ketat, mulai dari memeriksa suhu tubuh, memberikan cairan hand sanitizer dan juga mendisinfektan mobil sebelum masuk area lapangan nonton yang berkapasitas 150 mobil itu. Para penonton juga wajib memakai masker. Para kru juga memakai masker, face shield, jaga jarak, serta membuat deklarasi di dalam surat kesehatannya.

Tidak ketinggalan, penyelenggara juga menyediakan sejumlah gerai minuman dan kudapan, seperti popcorn (berondong). Plus bonus wahana perkakas video slow-motion 360, agar pengunjung bisa membuat kenangan bersama keluarga.

Co-Founder Drive-In Senja, Ashram Shahrivar, mengatakan bahwa pandemi memaksa orang tetap berada di rumah saja dan itu membosankan. Drive-in Senja hadir sebagai alternatif agar penonton bisa menonton film kesukaan mereka dengan tenang. "Karena pandemi, kita mau bikin satu hiburan yang aman dan nyaman buat semua kalangan. Bisa untuk keluarga, pasangan, bahkan anak," ujar Ashram kepada M. Guruh Nuary dari GATRA. 

Film-film yang diputar Drive in Senja beragam. Mulai dari genre aksi, romansa, drama, komedi, horor, hingga animasi. Ini juga untuk menampung beragam minat film masyarakat. "Kita pakai proyektor berarti harus gelap dan malam, makanya kita mulai itu sore dan menamakannya senja. Ketika senja, semua baru bisa dimulai," tutur Ashram. 

Drive-in Senja sudah berlangsung sejak 1 Agustus dan berakhir 23 Agustus 2020 lalu. Namun, Ashram menjelaskan, drive-in yang mereka buat akan melakukan tur ke Bandung dan Yogyakarta. "Kita inginnya sih, touring ya. Mungkin nanti bisa nambah beberapa kota lagi," ucapnya. 

Terkait perizinan, Ashram mengaku tak ada kendala selama mengurus izin tayang dari sebuah film. Ia bekerja sama dengan Starvision, Miles, Infiniti, dan Misbar.id untuk suplai film-film dalam negeri yang diputar. Adapun untuk film-film internasional, Ashram kerja sama dengan sejumlah distributor yang biasa menghadirkan film asing ke Indonesia.

Tak ada kesulitan berarti dalam menghadirkan film-film untuk diputar di Drive-In Senja. Untuk membantu pihak produsen dan kreator film mendapatkan angka riil penonton, Ashram telah memastikan film-film yang diputar di Drive-In Senja bukanlah film bajakan. Untuk harga tiket, Drive-In Senja menyediakan tiket untuk pasangan sebesar Rp200.000 dan Rp450.000 untuk paket ramai, alias keluarga. 

***

Menonton film dari balik setang bundar juga hadir di Semarang, Jawa Tengah. Puluhan mobil bisa memadati area parkir Marina Convention Center (MCC), yang menjadi lokasi perdana Cine Drive-in di Jawa Tengah. Stan-stan aneka kudapan, mulai dari berondong, burger, piza, hingga makanan berat, berjejer rapi di sepanjang lorong jalan.

Panitia penyelenggara pun sibuk memastikan kelancaran antrean mobil, mengatur jumlah kapasitas penumpang di dalamnya, memperhatikan protokol kesehatan, serta memberikan instruksi tentang tata cara menikmati hiburan dengan konsep baru ini.

Ketua Penyelenggara Cine Drive-in, Paulus Budi Santoso, mengatakan bahwa Cine Drive-in merupakan solusi hiburan bagi masyarakat Jawa Tengah di tengah ketidakpastian pembukaan bioskop saat pagebluk Covid-19. "Daripada kita menunggu pemerintah membuka bioskop konvensional yang belum terlaksana hingga saat ini, kenapa tidak kita hadirkan konsep nonton bioskop di dalam mobil seperti saat ini," ujarnya saat ditemui GATRA. 

Cine Drive-in juga menghadirkan beragam genre film. Meskipun memutar film lama, Paulus menjamin sensasi menonton film dari dalam mobil di depan pantai akan terasa berbeda dari menonton film di dalam bioskop. Selain menonton film, Cine Drive-in juga menghadirkan pemandangan matahari tenggelam pada jam-jam tertentu dan hiburan cahaya LED. "Nonton di sini bonus sunset kalau nontonnya waktu sore dan permainan cahaya LED ketika nonton malam hari," ucapnya.

Kehadiran Cine Drive-in yang digelar pada 14-30 Agustus 2020, mendadak jadi primadona hiburan baru bagi warga Semarang dan sekitarnya. Paulus menjelaskan, area yang dimanfaatkan untuk menonton film melalui layar LED outdoor berukuran 5x12 meter ini, bisa menampung hingga 100 mobil per sesinya. Jarak antarmobil telah didesain senyaman mungkin dengan memberi traffic cone dan mengatur secara zig-zag. 

"Sementara, untuk jadwal pemutaran film Senin-Kamis dengan dua kali pemutaran, yakni pukul 16.00 dan 19.00, tetapi untuk weekend kami tambah menjadi tiga kali waktu pemutaran pada pukul 21.00 atau midnight," Paulus memaparkan.

Lucunya, demi mengantisipasi adanya pengunjung nakal "mobil goyang", pihaknya telah meyiapkan berbagai langkah antisipasi. "Untuk mencegah ada insiden mobil goyang, kami sudah siapkan antisipasi karena kami paham betul ciri-ciri pengunjung yang memang dari awal niatnya sudah seperti itu. Jadi, kami pastikan tempat ini bebas dari hal-hal semacam itu," Paulus berkelakar.

Terkait harga tiket, satu mobil dikenai Rp100.000 pada hari biasa dan Rp150.000 untuk akhir pekan. Biaya tersebut sudah termasuk kudapan yang akan diberikan panitia saat film sudah dimulai. "Jadi, satu keluarga bisa nonton bioskop secara aman di dalam mobil, ditambah dengan bonus snack popcorn yang kami berikan," ucapnya.

***

Konsep menonton film di ruang publik di tengah pandemi juga digagas Sinema Bioskop Keliling (Sibili). Project Leader Sibili, Andrianto Apit, mengatakan bahwa Sibili hadir sebagai layar tancap sejak 2014. Dengan membawa teknologi inflatable screen, Sibili jadi mudah dalam bongkar pasang screen berbahan lateks, sehingga tidak terpengaruh cuaca.

Sejak Covid-19 mewabah, Sibili jadi mulai melirik putar sinema drive-in. mereka sudah pernah mencoba buat drive-in bersama Vida di Bekasi. Sejak itu, mulai banyak komunitas di daerah yang juga ingin menggelar drive-in. "Jambi sudah minta ke kita. Jakarta, Yogyakarta, dan Bogor juga. Cuma kita masih pikirkan benar-benar, karena masih pandemi. Takutnya malah jadi kontraproduktif walaupun dari kitanya sendiri, sih, sudah ngebet ada di beberapa tempat," kata Apit kepada Ryan Puspa Bangsa dari GATRA.

Meski demikian, bioskop drive-in sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Pengamat film, Yan Widjaya, bercerita bahwa bioskop drive-in telah dimulai pada masa Gubernur Jakarta Ali Sadikin, era 1970-an, dengan nama Teater Mobil yang bertempat di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Teater Mobil ketika itu menjadi satu-satunya bioskop drive-in di Indonesia. "Itu menjadi agenda tontonan keluarga. Tiap malam Minggu, akan ada tiga film: satu film Indonesia, dua film impor," kata Yan saat dihubungi M. Almer Sidqi dari GATRA.

Para penonton yang datang ke Teater Mobil kebanyakan berasal dari kalangan menengah atas. Mereka akan gelar tikar dan duduk di luar mobil, menyaksikan film yang diputar dari jam enam sore hingga tengah malam.

Menurut Yan, bioskop drive-in masuk ke dalam kategori bioskop independen yang lumrah di masa-masa itu. Dimulai pada 1990-an, hampir semua bioskop independen di Orde Baru, meskipun dengan format reguler, mati pelan-pelan seiring dengan bertumbuhnya jejaring bioskop besar, seperti Cineplex 21. "Berbeda dengan di Amerika, di mana kota-kota kecil di sana sampai sekarang masih terdapat bioskop drive-in dan itu menjadi tempat kumpul keluarga," ucapnya.

Pada masa sekarang, format drive-in boleh jadi menjadi alternatif sementara. Pasalnya, situasi pandemi belum memungkinkan aktivitas normal bisa berjalan pada format reguler, sedangkan produksi film tertahan karena bioskop menunda pembukaannya.

Pandemi Covid-19, lanjut Yan, mendorong drive-in hidup kembali. Format drive-in dianggap mampu membatasi jarak antarmanusia yang tidak bisa diatasi pada format bioskop konvensional.

Fitri Kumalasari