Home Kesehatan Tingkat Hunian RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Menurun

Tingkat Hunian RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Menurun

Jakarta, Gatra.com - Koordinator RS Darurat Covid-19, Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono,Sp.S., M.A.R.S., M.H. K., mengatakan, terjadi penurunan hunian (okupasi) di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, setelah dibukanya hotel berbintang sebagai tempat isolasi mandiri pasien Covid-19 di Jakarta.

"Dibukannya hotel ada pengurangan jumlah, itu sangat mungkin," kata Tugas dalam Talkshow bertajuk "Pembukaan Hotel Isolasi Mandiri dan Pengaruhnya Terhadap Wisma Atlet di Jakarta, Senin (5/10).

Tugas menjelaskan, sebelum dibukanya hotel bintang sebagai tempat untuk isolasi mandiri di DKI Jakarta, hunian Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet sempat mencapai 90-95%.

Berdasarkan laporan pada Senin pagi, lanjut Tugas, Tower 4 terisi sekitar 40%, Tower 5 60%, Tower 6 kurang lebih 59%, dan Tower 7 66%. "Artinya di sini kita lihat huniannya tidak seperti minggu-minggu [pekan-pekan] kemarin bisa mencapai 90%," katanya.

Tugas berharap, menurunnya jumlah pasien positif yang masuk ke RS Darurat Covid-19 bukan hanya karena dibukanya hotel untuk tempat isolasi mandiri, namun juga karena menurunnya jumlah pasien Covid-19 di Ibu Kota.

"Hunian kali ini mudah-mudahan akan semakin menurun, menurun, dan mudah-mudahan nanti bisa sampai akhirnya tidak ada lagi yang dimasukan ke Wisma Atelt. Mudah-mudahan corona ini selesai," ujarnya.

Adapun peruntukan beberapa tower di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, yaitu Tower 4 dan 5 untuk isolasi mandiri, 6 dan 7 untuk penanganan pasien Covid-19 dengan gejala ringan sampai sedang.

"Pasien tanpa gejala itu di tower 4 dan 5, pasien bergejala di Tower 6 dan 7. Jumlahnya hampir imbang di sana, total untuk 4 dan 5 [sebanyak] 1.666. Kemudian yang bergejala ringan dan sedang di tower 7 kurang lebih 1.800-an. Jadi hampir berimbang," katanya.

Koordinator RS Darurat Covid-19, Mayjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono,Sp.S., M.A.R.S., M.H. K., mengatakan, terjadi penurunan hunian (okupasi) di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. (Ist/Wan)

"Tapi sebelumnya, kita melihat di Tower 4 dan 5, sebelumnya masing-masing di atas 2.000. Jadi cukup tinggi saat itu, tapi pagi ini [Senin pagi] kami lihat sudah lebih rendah lagi," ungkapnya.

Tugas menyampaikan, berkurangnya jumlah pasien di RS Darurat Wisma Atlet ini tentunya juga akan meringankan bebas kerja para tenaga kesehatan (nakes), baik itu dokter, perawat, dan lainnya yang terlibat penanganan pasien di sana. "Ini perlindungan juga bagi tenaga kesehatan," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Slamet Budiarto, S.H., MH. Kes, mengatakan, saat ini pemerintah telah membuka sejumlah hotel untuk isolasi atau karantina mandiri.

"Pada Maret-April DKI Jakarta tinggi setelah itu pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Pada saat Jawa Timur menurun kita DKI Jakarta kembali naik," ujarnya.

Slamet menyampaikan, pihaknya belum bisa menarik kesimpulan bahwa tren Covid-19 di Tanah Air sudah turun atau melandai, meski di sejumlah daerah atau wilayah sempat terjadi penurunan kasus positif.

"Kita belum bisa memprediksi apakah sudah turun dan landai. Karena memang polanya berubah-ubah. Di negara-negara lain juga sama. Sebagian negara hari ini 0 itu belum, rata-rata masih ada kasus," ujarnya.

Senada dengan Tugas, Slamet mengatakan bahwa penurunan jumlah kasus positif dan pasien yang ditangani akan meringankan kerja para tenaga medis. Namun pihaknya belum tahu kapan wabah virus ini akan berakhir. "Kita berharap semoga cepat selesai dan Indonesia akan beraktivitas kembali seperti biasanya," ujar dia.

Reporter: ANS

326