Home Ekonomi Menjaga Akses Pangan Saat Pandemi

Menjaga Akses Pangan Saat Pandemi

GATRAreview.com- Di tengah terpuruknya ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19, imunitas sektor pertanian masih moncer. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis awal Agustus lalu, menyebutkan pada kuartal II tahun ini, produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian mampu tumbuh hingga 16,24% dibandingkan dengan kuartal I. Jika dilihat dari year on year (YoY), sektor pertanian tumbuh 2,19%.

 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri, mengungkapkan bahwa sejak Covid-19 merebak di Indonesia pada Maret lalu, seperti sektor lainnya, sektor pertanian juga mengalami tantangan cukup berat. Namun, "Kementan tetap fokus memastikan 267 juta penduduk Indonesia memiliki akses terhadap pangan," ujarnya kepada M. Almer Sidqi dari GATRA Review, awal Agustus, di Jakarta.

 

Menurut Boga, pandemi Covid-19 berdampak langsung pada ketahanan pangan nasional. Kebijakan pemerintah dalam menekan angka penyebaran Covid-19 dengan memberlakukan pembatasan pergerakan orang, sedikit banyak memengaruhi distribusi dan hasil produksi pertanian. Penurunan daya beli masyarakat terhadap permintaan produk pertanian juga turut memengaruhi harga di tingkat petani. "Ditambah lagi petani yang tetap bekerja, akan sangat rentan terpapar Covid-19," ucapnya.

 

 

Peningkatan Produksi Pertanian

 

Kementan, kata Boga, secara cepat melakukan langkah-langkah peningkatan produksi pertanian agar tidak ada masyarakat Indonesia yang mengalami kekurangan pangan di masa pandemi. Satu di antaranya, mengubah anggaran yang fokus pada peningkatan aspek produksi dan kesejahteraan petani. Dari anggaran pada 2020, Kementan telah mengalokasikan dukungan pencegahan penularan Covid-19 sebesar Rp40,42 miliar dan pengamanan ketersediaan pangan sebesar Rp1,46 triliun.

 

Selain itu revisi anggaran sebesar Rp1,15 triliun juga difokuskan pada kegiatan social safety net. Sebagian besar berbentuk padat karya, seperti gerakan pengendalian hama, pengolahan tanah, dan percepatan tanam. "Dengan mengubah anggaran sebagai langkah awal, kami harapkan program seperti bantuan sarana produksi, akselerasi produksi pertanian, program padat karya, dan kelancaran distribusi bahan pangan pokok dapat didorong secara maksimal," Boga menambahkan.

 

Boga menjelaskan, untuk memudahkan distribusi dan akses pangan masyarakat, Kementan memperkuat kerja sama kemitraan dan memperluas layanan Toko Mitra Indonesia. Adapun untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan, Kementan menggulirkan gerakan percepatan tanam padi di 33 provinsi di Tanah Air. Ada pula tiga program alternatif, yakni optimalisasi lahan rawa, diversifikasi pangan, dan membuat lumbung pangan di setiap provinsi. "Diharapkan tiga program alternatif tersebut dapat berperan besar dalam membantu pemenuhan pangan masyarakat," ucapnya.

 

Selain memenuhi kebutuhan pangan Tanah Air, ekspor pertanian juga digenjot. Boga mengungkapkan, guna memacu ekspor, Kementan menggulirkan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Berdasarkan data BPS, ekspor pertanian April tahun ini sebesar US$0,28 miliar atau tumbuh 12,66% dibandingkan April tahun lalu. Kenaikan ekspor dipasok dari empat subsektor unggulan, yakni perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Nominal kenaikan mencapai lebih dari Rp12 triliun atau meningkat 7,47% sejak 2019 hingga Maret 2020.

 

Total nilai ekspor pertanian Juni tahun ini juga jauh meningkat dibanding Mei lalu. Cina tercatat sebagai negara tujuan ekspor utama produk pertanian Indonesia pada 2019. Berikutnya ada India, Amerika Serikat, Malaysia, dan Pakistan. "Capaian ini harus dijaga dan ditingkatkan dengan melakukan pemetaan daya saing produk pertanian, serta identifikasi produk dan negara pesaing bagi komoditas pertanian kita," ujar Boga.

 

 

Inovasi Pertanian

 

Inovasi juga menjadi kunci keberhasilan Kementan menjaga pasokan pangan. Tahun ini saja, sejak Januari lalu, Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merilis lima inovasi. Pertama, inovasi ATM Pertanian Si Komandan. Alatnya menyerupai mesin ATM yang berfungsi sebagai pembagi beras. Inovasi ini memang khusus dibuat untuk membagikan beras gratis kepada masyarakat terdampak pandemi Covid-19 yang terdata dan tidak tercakup bantuan sosial (bansos). ATM tersebut mampu menyalurkan beras 1,5 kilogram per orang.

 

Kedua, inovasi prototipe produk berbasis minyak asiri eucalyptus dan minyak asiri lainnya. Produk inovasi ini berhasil didaftarkan hak patennya. "Minyak asiri dan berbagai ekstrak tanaman telah dianggap memiliki potensi sebagai obat alternatif untuk pengobatan banyak penyakit infeksius, termasuk penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus, seperti virus influenza dan bahkan virus corona," tutur Kepala Balitbangtan Kementan, Fadjry Djufry, kepada GATRA Review di Jakarta, awal Agustus lalu.

 

Berikutnya, inovasi produk bioetanol yang berasal dari olahan sorgum, pati sagu, dan molases tebu untuk pembuatan hand sanitizer serta sabun cair antiseptik. Dibuatkan pula sabun cair antiseptik yang diberi aroma serai wangi. Lalu, inovasi produk black garlic atau bawang putih hitam yang merupakan hasil fermentasi bawang putih. Black garlic mengandung antioksidan 6 hingga10 kali lebih tinggi dari bawang putih dan dapat meningkatkan imunitas tubuh. Bawang ini juga mengandung allizin, quercetin, dan L-Arginin yang dapat menghambat infeksi virus.

 

Terakhir, inovasi produk susu beras fortifikasi yang merupakan hasil olahan dari beras patah dan menir. Susu beras fortifikasi mengandung vitamin, mineral, dan asam lemak tak jenuh yang sangat baik bagi kesehatan. Juga mengandung vitamin B2 (riboflavin). "Riboflavin sangat penting untuk mencegah pra-eklampsia pada ibu hamil, mencegah anemia, mencegah penyumbatan darah, mempertahankan kadar kolagen, sehingga meminimalkan kerutan pada kulit, serta banyak manfaat lainnya," kata Fadjry.

 

613