Home Kesehatan Wali Kota Semarang: Pandemi COVID-19 Adalah Proses yang Baru

Wali Kota Semarang: Pandemi COVID-19 Adalah Proses yang Baru

Jakarta, Gatra.com - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi atau yang akrab disapa Hendi, mengatakan pandemi COVID-19 bagi semuanya adalah proses yang baru pertama kali di seluruh dunia dan tidak hanya di Indonesia.

Hal itu dikatakannya dalam acara virtual Open Goverment Week 2021 bertajuk "Kabupaten/Kota HAM di Masa Pandemi: Peran Pemerintah Daerah dalam Memajukan Pemulihan Pandemi", yang diselenggarakan oleh International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) pada Kamis, (20/5) dan disiarkan langsung via Zoom dan kanal YouTube INFID TV.

Sewaktu bulan Maret 2020, tutur Hendi, di mana Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan kasus pertama virus tersebut telah masuk ke Tanah Air, kemudian Hendi beserta para pakar, akademisi dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) berembuk guna memutuskan bahwa Kota Semarang harus bersiap saat pandemi virus corona menyerang di negeri ini.

"Tapi kita tidak mau latah waktu itu, kita tidak serta-merta mau menerapkan PSBB atau bahkan lockdown gitu kan. Karena kita melihat pandemi memang disasar adalah wilayah kesehatan, tapi kalo kita terlalu kenceng di kesehatan, orang kemudian dibatasi pergerakkannya, yang terjadi kemudian terjadi sebuah persoalan, orang itu bisa sakit bahkan meninggal karena enggak bisa makan," sambungnya.

Maka pada bulan April, tambah Hendi, mereka menetapkan sebuah peraturan wali kota yang dinamakan yaitu Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM). Jadi, semua Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) direalokasikan atau re-focusing ke arah kesehatan, seperti membeli peralatan kesehatan, alat kesehatan atau alkes, membuat rumah dinas wali Kota menjadi tempat karantina dan lain-lain.

"Tapi kebijakan-kebijakan untuk wilayah sosial, budaya dan ekonomi tetep kita perbolehkan, hanya harus ada pembatasannya. Misalnya, pertama warung, restoran boleh buka waktu itu kita tetapkan maksimal sampe jam 8 malam, kapasitasnya maksimal 50 persen. Wah ya terjadi berantem, terutama dengan temen-temen PKL [Pedagang Kaki Lima]. Lalu kita naikkan lagi, okelah kalo gitu jam 9 malem. Masih berantem. Masih berantem di lapangan, terutama pada saat temen-temen mencoba menertibkan jam 9 harus tutup. Dan terakhir, kita sampe jam 10 malem dan alhamdulillah situasinya lumayan kondusif," ujarnya.

"Jadi meskipun waktu itu kita merasakan dampaknya yang luar biasa, tapi kita masih punya sebuah harapan bahwa ekonomi ini bergerak meskipun tertatih-tatih. Dan demikian, persoalan-persoalan mengenai Covid kita selesaikan secara medis dan persoalan sosial budaya dan ekonomi juga kita tetep lakukan"  ungkap Hendi.

210