Home Ekonomi Erick Thohir: Indonesia Harus Siap Hadapi Disrupsi Gelombang Kedua

Erick Thohir: Indonesia Harus Siap Hadapi Disrupsi Gelombang Kedua

Jakarta, Gatra.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyebut potensi ekonomi digital Indonesia mencapai US$124 miliar pada 2025. Bahkan, ekonomi digital diperkirakan dapat berkontribusi lebih dari 10% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2025.

“Saat ini, kita masuk disrupsi gelombang pertama yang meliputi e-commerce, transportasi, serta makanan dan minuman. Tetapi, gelombang kedua akan datang berupa finance, healthtech, edutech, media or entertainment, insurance, dan lain-lain,” ungkap Erick, Selasa (28/9).

Menurut Erick, Indonesia harus siap menghadapi transisi itu karena akan berlangsung dalam waktu dekat. Sehingga, sangat mengkhawatirkan kalau Indonesia tidak melakukan antisipasi terhadap disrupsi tersebut.

Inter-American Development Bank (IADB) memproyeksikan, disrupsi gelombang kedua di Indonesia dalam tiga tahun berpotensi punya nilai hingga US$90 miliar. Jumlah itu terdiri atas sektor media atau hiburan sebanyak US$40 miliar, diikuti kesehatan sejumlah US$17 miliar, keuangan US$14 miliar, pendidikan US$14 miliar, dan asuransi US$2 miliar.

“Kalau di Tiongkok ada 101 unicorn, Amerika Serikat ada 207 unicorn, tetapi Indonesia baru 8. Bisa jadi 25. Karena itu, BUMN melihat mapping ini untuk turut mendorong pengembangan potensi tadi,” imbuhnya.

Erick mengatakan, BUMN berupaya mendorong dan memfasilitasi industri digital di Indonesia secara komprehensif. Upaya tersebut dilakukan melalui dua perspektif, yakni infrastruktur dan pendanaan.

Pada aspek infrastruktur, Telkom perlu menghadirkan Data Center dan Cloud di Indonesia guna mendukung aktivitas bisnis pengusaha lokal. Pemerintah juga telah melakukan pembangunan dan instalasi jaringan 5G di sembilan kota di Indonesia. Selain itu, sedang mengembangkan jaringan fiber optik.

“Kita juga akan mulai fokuskan pendanaan kepada start-up. Kita ada BRI Ventures, Mandiri Capital, MDI Ventures, dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Tetapi, kita juga mau pastikan founders-nya orang Indonesia. Perusahaannya beroperasi di Indonesia, dan memiliki prospek untuk IPO [initial public offering] di Indonesia,” jelas Erick.

166