Home Gaya Hidup Karya-karya Reflektif para Musikus Senior di Tengah Pandemi

Karya-karya Reflektif para Musikus Senior di Tengah Pandemi

Jakarta, Gatra.com – Pandemi Covid-19 tampaknya tak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi, tetapi juga sektor kesenian, terutama seni musik. Sisi negatifnya, banyak pertunjukan musik disetop. Sisi positifnya, pandemi menghidupkan gairah kreatif tertentu di benak beberapa musikus.

Tak sedikit musikus-musikus Indonesia, bahkan global, yang merilis lagu-lagu dengan tema Covid-19 dan kerap kali lagu-lagu tersebut ditulis dengan lirik-lirik lagu bernuansa reflektif dan introspektif.

Yang paling anyar adalah grup band Padi. Mereka baru saja merilis lagu berjudul “Memberi Makna Indonesia” pada awal bulan ini. Sang penggebuk drum, Yoyo, mengungkapkan bahwa lagu ini berangkat dari rasa empati para personel Padi terhadap situasi krisis pandemi Covid-19.

“Ini juga berangkat dari tahun lalu, waktu itu kami turut membantu Satgas Covid-19 untuk sosialisasi 3M dan itu dilakukan secara sukarela,” ujar Yoyo seperti dilansir oleh Antara.

Padi tak sendirian. Si Raja Dangdut, Rhoma Irama, pun menunjukkan gairah kreatif itu lebih dahulu. Ia merilis lagu bertajuk “Virus Corona” pada April 2020 lalu. Lagu tersebut secara umum mendeskripsikan situasi Covid-19 dan permintaan tolong kepada Tuhan.

Bimbo tak ingin ketinggalan. Grup musik pelantun lagu “Sajadah Panjang” tersebut menulis lirik dengan tema yang kurang lebih sama seperti Rhoma Irama. Mereka merilis lagu bertajuk “Corona” pada 2020 lalu. Hanya saja, mereka memuat lirik lagu yang sedikti lebih introspektif.

Begitu pula penyanyi solo kawakan lainnya, Iwan Fals. Penyanyi yang dikenal dengan lagu-lagu bernada kritik terhadap pemerintah tersebut merilis lagu bertajuk “16/01” pada Juli 2021 lalu. Dalam lagu berdurasi tujuh menit tersebut, ia berkolaborasi dengan musisi muda, Sandrayati Fay.

Namun, ketimbang menuangkan lirik reflektif dan introspektif, lagu Iwan Fals yang satu ini lebih banyak bercerita soal kesimpangsiuran perbincangan di ruang publik selama pandemi dan gejolak-gejolak politik yang mengiringinya.

Entah kebetulan atau tidak, deretan nama-nama yang disebut di atas adalah daftar musisi kawakan yang sudah lama berkarier di belantika musik Indonesia. Peneliti musik dari Lembaga Serunai, Aris Setyawan, mengungkapkan adanya beberapa kemungkinan alasan mengapa musisi-musisi senior tersebut ramai-ramai menulis lagu tentang pandemi Covid-19.

Aris mencium adanya tuntutan pasar yang mendorong musikus-musikus tersebut membuat lagu-lagu bernuansa Covid. “Menurut hemat saya, ya ini tuntutan industri musik, ya,” ujarnya kepada Gatra.com melalui pesan teks pada Selasa (29/9).

“Tuntutannya adalah tema/topik setiap musik ada baiknya mengikuti current issue biar musik itu terkesan aktual dan relevan. Relevansi itu penting agar penikmat musik kemudian bisa merasa relate ketika mendengarkan musik,” imbuh Aris.

Akan tetapi, ada anggapan bahwa situasi yang mendorong proses kreatif para musikus di atas itu tak sebatas tuntutan industri, melainkan juga adanya kedewasaan berpikir dalam melihat situasi krisis, terlebih lagi sekelompok musisi tersebut sudah menginjak usia yang matang.

Kemudian kedewasaan berpikir tersebut mereka tuangkan ke dalam sebuah karya musik yang penuh penghayatan dan rasa empati dengan derita pandemi orang lain. Dengan demikian, mereka dinilai semakin tua, semakin reflektif dan introspektif.

“Bisa dibilang gitu juga, sih. Tapi menurutku bukan masalah usia dalam tanda kutip secara literally usia seseorang gitu. Tetapi lebih ke bagaimana proses kreatif sang musisi itu,” ujar Aris.

Absennya musikus muda dari rentetan musikus-musikus di atas, menurut Aris, bukan berarti bahwa mereka tak sereflektif para senior-seniornya. Ia meyakini mereka pun sudah mengantongi lagu-lagu bertema Covid-19 ciptaan mereka sendiri.

“Mungkin yang muda-muda secara usia sebenarnya sudah atau sedang memikirkan membuat karya bertema itu, tetapi mereka mungkin masih menunggu, atau mengendapkan topik itu dahulu untuk dirilis di kemudian hari ketika merasa sudah lebih matang,” pungkas Aris.

328