Home Kesehatan Riskesdas: Prevalensi Pneumonia di Indonesia sebesar 2%

Riskesdas: Prevalensi Pneumonia di Indonesia sebesar 2%

Jakarta, Gatra.com - Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi pneumonia di Indonesia sebesar 2%. Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Rania Imaniar, melalui Zoom dalam seminar bicara sehat ke-51 bertajuk "Cintai Paru Kita dan Ketahui Cara Mencegah Pneumonia". 

"Artinya dari 100 orang Indonesia itu, 2 orang itu pernah menderita pneumonia," jelas Rania, dalam acara tersebut yang disiarkan langsung lewat kanal YouTube Rumah Sakit Universitas Indonesia pada Jumat, (21/1).

Dia menuturkan pneumonia sebenarnya adalah infeksi paru yang menyebabkan pada peradangan dan penumpukan. Di mana penumpukan itu bisa ada penumpukan lendir atau mukus. Nanah atau cairan di dalam paru juga bisa ada di penumpukan itu, yang menyebabkan pasien terjadi sulit bernafas karena terjadi keterbatasan di dalam ambilan oksigen.

"Paru-paru kita itu fungsinya adalah untuk mengambil oksigen dari udara luar masuk ke dalam tubuh. Kalau misalnya paru-paru kita bermasalah, otomatis konsekuensinya adalah kadar oksigen di dalam tubuh kita itu bisa terjadi penurunan," kata Rania.

Dia mengatakan pneumonia sendiri sebenarnya banyak jenis dan kategorinya. Namun yang paling sering dikategorikan adalah pneumonia komunitas. "Pneumonia komunitas ini adalah pneumonia yang terjadi pada orang yang tidak ada riwayat atau tidak sedang dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain," tutur Rania.

Kemudian dia menyebut terdapat insiden di Amerika Serikat (AS) terkait pneumonia komunitas. Di sana, ada sekitar 24,8 kasus per 10 ribu orang dewasa setiap tahunnya. "Dan pneumonia komunitas itu merupakan penyebab kematian ke-8 yang terbanyak (di AS)," kata Rania.

Lanjut dia, pada pasien-pasien pneumonia komunitas yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) karena pneumonia berat di AS, angka kematiannya tinggi yaitu sekitar 23%. "Penyebabnya bisa bermacam-macam. bisa virus, bisa bakteri, bisa jamur atau bisa parasit. Tapi itu lebih jarang lagi kalau parasit," terang Rania.


 

3002