Home Gaya Hidup Kisah Pemulung Lansia di Kendal, Nabung 10 Tahun demi Berkurban Sapi Seharga Rp22 Juta

Kisah Pemulung Lansia di Kendal, Nabung 10 Tahun demi Berkurban Sapi Seharga Rp22 Juta

Kendal, Gatra.com - Dengan keterbatasan ekonomi, Mbah Jumi'ah (80) warga Kampung Gagakan Kelurahan Sijeruk Kecamatan Kendal Kota, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah berhasil mewujudkan cita-citanya untuk berkurban di Hari Raya Iduladha.

Nenek lanjut usia (Lansia) yang berprofesi sebagai seorang pemulung ini menabung selama 10 tahun agar bisa membeli sapi kurban seharga Rp22 juta.

Kisah Mbah Jumi'ah ini terungkap dalam sebuah unggahan di akun media sosial (Medsos) seorang panitia kurban Masjid Darul Muttaqin Kelurahan Kebondalem Kecamatan Kendal Kota, Khoirur Rozikin.

Rozikin menuturkan, Mbah Jumi'ah sengaja ikut berkurban di masjid ini, karena letak masjid ini tak jauh dari rumahnya. Jarak masjid ini kurang dari 500 meter dari rumah sang nenek tersebut.

"Kami selaku panitia kurban Masjid Besar Darul Muttaqin kebondalem, menerima sapi kurban seharga Rp22 juta dari Mbah Jum'iah (80 tahun), warga kelurahan Sijeruk Kecamatan Kendal Kota," tulis Rozikin.

Dia mengaku sempat terharu, penasaran dan hampir tidak percaya dengan kurban sapi dari Mbah Jum'iah. Hal itu disebabkan karena pekerjaan sehari-hari Mbah Jum'iah adalah tukang rongsok (pengumpul kardus, botol bekas).

"Kami menanyakan dapat uangnya dari mana, apakah menjual tanah atau dikasih dari anak-anaknya? Jawabannya mengumpulkan sendiri dari menjual rongsok sembari sambil menunjukkan tangannya ke arah tas yang digunakan untuk mencari rongsok," jelasnya.

Dengan rasa penasaran yang masih menyelimuti isi kepalanya, Rozikin juga kembali menanyakan butuh waktu berapa tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak Rp22 juta tersebut. Jawabannya, lanjut Rozikin, Mbah Jumi'ah mengumpulkan uang untuk membeli sapi kurban sudah 10 tahun yang lalu. 

Setiap hari Mbah Jumi'ah menabung Rp5 ribu sampai dengan Rp10 ribu, tergantung penjualan hasil rongsok tersebut. Sehingga setiap bulan dapat mengumpulkan uang sekitar Rp200 ribu rupiah. Satu tahun bisa terkumpul Rp2 juta sampai dengan Rp2,5 juta rupiah, sehingga selama 10 tahun bisa terkumpul 22 juta rupiah untuk membeli sapi tersebut.

Sebelum pihak panitia kurban menerima sapi kurban tersebut, panitia terlebih dahulu mengklarifikasi terkait kebenaran informasi tersebut kepada anaknya yang bernama Asrofah.

Anak Mbah Jumi'ah itu membenarkan bahwa uang tersebut adalah uang jerih payah dari Mbah Jumi'ah dari hasil menjual rongsok. Dan sebenarnya uang tersebut mau digunakan untuk mendaftar haji Mbah Jumi'ah. 

"Kami selaku panitia tidak lantas menerima sapi kurban tersebut, kami berusaha menawarkan agar beliau membatalkan kurban sapinya dan diganti kambing agar sisa uangnya bisa digunakan untuk mendaftar haji dan kami siap mengantarkan ke bank dan kemenag agar dapat mendaftarkan haji Mbah Jumi'ah," tuturnya. 

Namun keinginan baik dari panitia kurban ini ditolak halus oleh Mbah Jumi'ah. Nenek ini tetap bersikukuh bahwa uang hasil tabungannya dari memulung digunakan untuk kurban sapi dahulu. Harapannya kelak ketika lewat jembatan sirotol mustaqim bisa naik sapi bersama almarhum suami, orang tua dan mertuanya.

"Beliau hanya meminta kepada kami agar didoakan umur panjang sehingga bisa mengumpulkan uang lagi untuk mendaftar haji dan berangkat haji sebelum wafatnya. Allahu Akbar, sebuah cita-cita yang mulia dari Mbah Jumi'ah dan sebuah tamparan bagi kita semua yang masih sehat, masih muda dan banyak kelebihan harta," tandasnya.

Ditambahkan, sapi kurban Mbah Jumi'ah saat ini masih berada di pedagang. Panitia baru menerima penyerahan secara simbolis untuk kemudian disembelih pada hari raya kurban.

 

 

952