Home Info Sawit Tenang, Tapi Kencang

Tenang, Tapi Kencang

Pekanbaru, Gatra.com - Kalau ditengok sepintas, sikap lelaki 68 tahun ini biasa-biasa saja. Seolah-olah tak ada gregetnya.

Tapi coba benar-benar ditengok, sesungguhnya sederet upaya untuk membikin orang Riau semakin sejahtera, sudah dia lakukan.

Tengoklah apa yang sudah dilakukan Gubernur Riau ini kepada para petani kelapa sawit. Biar harga Tandan Buah Segar (TBS) yang bagus bisa selalu dirasakan petani, dia bikin Peraturan Gubernur Riau tentang itu.

Namanya Pergub 77 tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun di Provinsi Riau.

Lalu ada pula upaya biar Riau kebagian pabrik Minyak Makan Merah dan dipastikan sudah kebagian 5 pabrik. Selain untuk mendongkrak harga TBS petani, Syamsuar mau secepatnya angka stunting di Riau menurun dari 22% menjadi 14% dua tahun ke depan.

Soalnya Minyak Makan Merah itu sangat kaya akan provitamin A dan suplemen alami lainnya. Itulah makanya Syamsuar berharap hasil pabrik itu bisa menekan angka stunting tadi.

Masih urusan sawit itu, bekas Bupati Siak dua periode ini juga terus mendorong agar semakin hari, anak-anak petani sawit dan buruh tani sawit di Riau semakin banyak yang menikmati program beasiswa sawit.

Tujuannya, selain agar lebih banyak orang Riau yang melek teknologi industri perkelapasawitan, Syamsuar juga ingin agar ke depannya semakin banyak generasi yang jadi pengawal perkebunan sawit rakyat di daerahnya.

Sejak program beasiswa sawit diluncurkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada 2016 silam, sudah 566 anak petani dan buruh tani sawit Riau yang tamat D1 sampai D4 bidang vokasi sawit hasil beasiswa itu.

Maka lagi-lagi upaya itu terbukti. Tiap tahun jatah Riau terus bertambah. Tahun ini, ada sekitar 306 orang yang sudah sampai pada tahap verifikasi di Dinas Perkebunan (Disbun) Riau.

Adapun total quota beasiswa sawit itu untuk 22 provinsi penghasil sawit tahun ini adalah 1.000 orang.

Dari dua hari lalu, orang-orang dari dinas terkait perkebunan kelapa sawit di 11 kabupaten kota, berkumpul di kantor Disbun Riau di kawasan jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru, selama tiga hari mereka memverifikasi berkas calon mahasiswa beasiswa sawit tadi.

Kepada Gatra.com, Kadisbun Riau, Ir. H Zulfadli menyebut, sesuai perintah Guburnur, pihaknya akan terus mengejar hak-hak Riau terkait aktivitas perkebunan kelapa sawit ke pusat.

"Porsi perkebunan kelapa sawit kita kan 21%. Tentu kita ingin porsi itu secara finansial juga mengucur ke Riau, baik itu dalam bentuk Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Riset, Beasiswa Sawit, maupun Sarana dan Prasarana (Sarpras) yang berhubungan dengan peningkatan produktifitas perkebunan kelapa sawit rakyat di Riau," katanya.

Tentang beasiswa sawit itu, Zul memastikan bahwa semuanya sudah dijalankan dengan profesional, transparan dan disaksikan oleh utusan asosiasi petani sawit, seperti APKASINDO dan Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE).

Dari Disbun Riau sendiri, ada enam orang anak buah Zul yang dia suruh untuk mengawal langsung proses verifikasi itu.

"Enggak ada kepentingan kami yang lain kecuali gimana caranya supaya anak-anak petani kelapa sawit kita, bisa sebanyak-banyaknya menikmati beasiswa itu," ujarnya.

Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Medali Emas Manurung, mengamini apa yang dibilang Zul tadi.

Sebagai Ketua Umum, Doktor Lingkungan Universitas Riau ini juga mendorong supaya sebaran penerima beasiswa sawit itu proporsional.

Sebagai contoh Riau. Wajar dong mendapat porsi yang setara dengan luasan kebun kelapa sawitnya --- 4,172 juta hektar dari total 16,38 juta ha. Begitu juga provinsi di Indonesia Timur, musti menjadi perhatian serius Direktorat Jenderal Perkebunan dan BPDPKS.

"Tahun ini saya enggak mau lagi mendengar bahwa di Papua Barat hanya 4 orang yang lulus, Papua 5 orang, Sulawesi Selatan 2 orang dan lain-lain. Nilai jangan menjadi patokan kelulusan, tapi adalah keterwakilan," tegasnya.

Menurut ayah dua anak ini, roh beasiswa sawit itu adalah SDM anak-anak petani sawit yang memang kurang mendapat peluang di jalur umum karena berbagai keterbatasannya.

"Khususnya anak-anak petani yang tinggal dipelosok-pelosok perkebunan sawit. Anak-anak seperti ini, biasanya kalau dikasi peluang, dia akan pulang kampung setelah kuliahnya rampung. Itu sudah terbukti. Kita butuh banyak SDM untuk mengawal sistim Good Agriculture Practises (GAP) di tingkat petani," katanya.

Di daerah, anak buah Gulat ternyata sangat bersemangat mendukung upaya itu. Tedi Susilo misalnya. Saban tahun lelaki 52 tahun ini menggelar bimbingan belajar (Bimbel) gratis kepada anak-anak yang akan ikut tes beasiswa sawit.

Bimbel itu dia bikin di rumahnya di kawasan Kelurahan Kempas Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).

Tahun lalu, sebanyak 8 orang anak-anak Inhil dia latih dan semuanya lulus beasiswa sawit. "Tahun ini ada 26 orang yang sudah sampai tahap verifikasi. Mudah-mudahan semuanya lulus kelak," Ketua Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Apkasindo Inhil ini berharap.

Tak hanya Tedi yang antusias, Ketua DPW Apkasindo Riau, KH. Suher juga begitu. Saban hari selama proses verifikasi itu, dia datang menengok.

Suher datang ditemi oleh Ketua DPD Apkasindo Kampar, Helkis,S.Ag. "Kami terus memonitor perkembangan proses seleksi beasiswa sawit ini. Sebab ini adalah salah satu bagian dari niat kami untuk memajukan industri kelapa sawit nasional, khususnya di Riau," katanya.


Abdul Aziz

463