Home Apa Siapa Tujuh Rangkaian Tradisi di Siraman Erina Gudono, dari Nyalakan Api Sampai Lepas Ayam

Tujuh Rangkaian Tradisi di Siraman Erina Gudono, dari Nyalakan Api Sampai Lepas Ayam

Sleman, Gatra.com - Tujuh rangkaian adat Jawa harus dilakukan Erina Gudono, Jumat (9/12), sebelum menjalani pernikahannya dengan Kaesang Pangarep, Minggu (11/12). Prosesi digelar di rumahnya di Purwosari, Sinduadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Tujuh tradisi itu diawali dengan pemasangan bleketepe atau anyaman daun kelapa, dilanjutkan pembukaan tutup kain dua tandan pisang, berlanjut ke pemasangan padi yang diikat kain motig angsa sebagai lambing melimpahnya rezeki.

“Tradisi ini menjadi doa agar rumah tangga kedua mempelai selalu dalam ketentraman dan kedamaian,” kata pembawa acara Wigung Wratsangka. Acara ini dapat disaksikan melalui layar lebar di balai warga setempat.

Prosesi selanjutnya adalah cethik geni adang sepisanan yakni ritual menyalakan api untuk memasak. Tradisi ini dilakukan saat suatu keluarga menikahkan anak untuk yang pertama. Setelah itu ada pula upacara masa pasarean.

Proses ini berlanjut ke langkahan, yakni permohonan izin ke kakak calon mempelai untuk mendahului menikah. Erina ‘melangkahi’ dua kakaknya, Allen dan dan Nisa Gudono. Erina adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari mendiang Mohammad Gudono dan Sofiatun.

Acara utama berupa siraman yang airnya berasal dari tujuh sumber yakni Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Masjid Agung Surakarta, Umbul Pengging, Istana Merdeka, Istana Bogor, dan kediaman mempelai.

Proses siraman yakni menguyurkan air dilakukan oleh sejumlah sosok. Mulai dari ibundanya Sofiatun, istri Sultan HB X GKR Hemas, istri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA), dan istri Mensesneg Siti Farida Pratikno.

Setiap guyuran air dalam prosesi siraman yang membasahi anggota tubuh diharapkan membawa ke kebaikan. “Bila air itu membasahi matanya, anugerahkan pada Erina agar memiliki penglihatan yang tajam. Teliti dan cermat dalam dalam segala hal dan menatap masa depan,” tuturnya.

Usai siraman, Erina ditutupi dengan sehelai batik dengan motif nagasari. Hal ini sesuai dengan kisah Ramayaa ketika Sinta selalu berdoa di bawah pohon nagasari untuk dapat dipertemukan dengan Rama saat ditangkap utusan Rahwana.

Setelah itu, Erina juga menjalani adat sinom, yakni memotong beberapa helai rambutnya. “Makna tradisi ini adalah calon mempelai ikhlas meninggalkan masa muda dan masuk ke masa dewasa,” katanya.

Tradisi kemudian diakhiri dengan pelepasan seekor ayam oleh kakak Erina, Allen, sebagai tanda keikhlasan untuk ‘melepas’ adiknya mengarungi rumah tangga. Terakhir, keluarga Erina melakukan potong tumpeng kamulyan.

468