Home Regional Saat Batik Klasik Solo Disajikan lewat Pentas Multimedia Spektakuler

Saat Batik Klasik Solo Disajikan lewat Pentas Multimedia Spektakuler

Solo, Gates.com -Yayasan Semarak Candrakirana memamerkan motif batik gaya Surakarta dengan pagelaran seni spektakuler. Mereka berhasil menghipnotis penonton dengan suguhan penampilan yang kompleks dan apik di Pendhapi Gedhe Surakarta, Jumat (23/12) malam lala. 

Karya besutan dari sanggar tari Irawati Kusumorasri tersebut bertajuk Sandhi Swara: Eksplorasi Motif Batik Klasik Gaya Surakarta.

Irawati menyebut karya ini terinspirasi dari motif batik klasik gaya Surakarta yang memuat konsep geometri dan dikemas sebagai karya-karya kreatif.

"Pagelaran ini memuat penciptaan notasi musik, gerak tari performatif serta proyeksi bentuk visual berbasis teknologi multimedia atau video mapping," katanya melalui rilis pers yang disampaikan ke media, Senin (26/12).

Ia mengatakan pertunjukan ini menginterpretasikan batik berbagai motif menjadi Sandhi Swara. Di antaranya Kawung, Sidaluhur, dan pertemuan laras Sidaluhur dan Megeng, serta Kawung dan Pijar Punokawan," ucapnya.

Motif batik Kawung mempunyai sebuah titik yang mempertemukan dua garis di bagian tampuk. Tampuk dari setiap irisan akan diisi oleh Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Pangkal dari irisan atau lingkaran pengikat akan diisi oleh Yudhistira. Motif kawung merupakan interpretasi Pandawa sebagai kepaduan dan kesatuan.

Untuk motif Sidaluhur, dalam kultur masyarakat Jawa, mengandung makna tentang kesuburan dan biasa digunakan dalam upacara perkawinan. Pada pertunjukan bagian ini, makna kesuburan disajikan dengan wujudnya secara auditif melalui pertemuan laras slendro dan pelog dalam satu sajian.

Selain itu, pembuatan motif Sidaluhur juga harus megeng, menahan napas dalam pengguratannya yang dikaitkan dengan tatanan musikal yang halus sebagai wujud dari pengendalian napas.

Punokawan dalam interpretasi artistik menjadi bentuk pencahayaan dalam kepaduan tata artistik pertunjukan ini. Sorotan cahaya akan merambatkan binarnya ke setiap lekuk wayang.

Sebaliknya, wayang akan menampakkan pijarnya berkat cahaya yang diterimanya. Itulah penyelaman makna tentang konsep sedulur papat lima pancer, sekaligus makna dari motif batik Kawung.

Pelaksana program, Muhammad Fajar Putranto, menambahkan, acara ini dibingkai sebagai karya intermedia yang memadukan beberapa cabang seni di antaranya musik, drama, tari, dan karya visual multimedia.

"Motif batik klasik gaya Surakarta ini diintrepretasikan dalam musik, tari, dan eksplorasi cahaya yang kami bangun untuk terapan geometris. Persiapan selama 3 bulan dan melibatkan lebih dari 100 personel baik seniman, peraga, hingga kru," tutur Fajar.

Menurut Fajar, ragam motif batik klasik gaya surakarta seperti Kawung, Parang, Sidaluhur, Sidamukti memuat kompleksitas makna, nilai sejarah, dan filosofi tentang cita-cita, harapan hidup, eksistensi, kemapanan, ekspresi perilaku, kemuliaan, dan tuntunan luhur, yang dipegang oleh masyarakat Jawa dalam menjalankan roda kehidupannya.

"Selain ingin menyampaikan pesan adiluhung budaya khususnya motif kain batik, acara ini diharapkan memberikan peluang menumbuhkan berbagai penciptaan karya-karya kreatif lainnya," pungkas Fajar.

317