Home Ekonomi Pemerintah Diminta Tak Abaikan Perekonomian terkait Angkutan Logistik di Masa Mudik

Pemerintah Diminta Tak Abaikan Perekonomian terkait Angkutan Logistik di Masa Mudik

Jakarta, Gatra.com – Pengamat Kebijakan publik Trubus Rahadiansyah mengingatkan pemerintah jangan membuat kebijakan yang mengabaikan perekonomian terkait angkutan logistik jelang dan pasca-Idulfitri 2023.

Trubus di Jakarta, Kamis (13/4), menyampaikan hal tersebut menanggapi pelarangan kendaraan bersumbu 3 pengangkut logistis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), khususnya galon jelang dan sesudah Idulfitri.

Ia menyampaikan, keputusan rapat terbatas yang menyatakan bahwa air minum bukan termasuk ?kebutuhan pokok sehingga pengangkutannya tidak boleh menggunakan truk besar atau bersumbu tiga, itu terkesan dipaksakan.

“Kebijakan ini jadi terkesan diskriminatif, menuai pro-kontra dan merugikan juga bagi publik,” ujarnya.

Ia menilai bahwa air minum harusnya masuk dalam komoditas makanan dan minuman yang dibutuhkan masyarakat, termasuk jelang dan sesudah Idulfitri. “Air galon ini kan kebutuhan mendasar diperlukan masyarakat,” katanya.

Karena itu, lanjut dia, angkutan logistik air minum galon ini harusnya masuk dalam pengecualian demi menjamin pasokan dan tentunya menjaga perekonomian.

Trubus menyampaikan, pembatasan truk 3 sumbu roda bagi industri makanan dan minuman akan berdampak pada kelangkaan pasokan pangan tertentu. Berdasarkan data Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) sektor yang terpengaruh aturan itu adalah industri roti, susu, dan makanan lain yang mudah rusak serta AMDK.

Menurutnya, terbatasnya pasokan akan mengakibatkan kelangkan barang dan menyulitkan masyarakat. Selain itu, akan mengerek harga komoditas karena pengangkutannya tidak diperbolehkan beberapa hari menjelang dan setelah Idulfitri.

“Supaya dampak itu tidak terjadi, maka diperlukan dispensasi supaya kebutuhan masyarakat juga bisa terpenuhi,” ujar dosen dari Universitas Trisaksi (Usakti) tersebut.

Soal alasan kebijakan pembatasan truk bersumbu tiga roda mengangkut logistik dalam rentang waktu dimaksud untuk mengurangi kemacetan, menurutnya, itu keliru. Pasalnya, kemacetan itu berpotensi terjadi karena adanya pergerakan masyarakat pada suatu waktu.

“Kemacetan itu juga kan cuma di titik-titik tertentu. Dari sini [Jakarta] ke Bandung saja macet itu, hari biasa saja macet ya apalagi Lebaran,” katanya.

36